Ubud, suarabali.com – Perhelatan besar para penulis dunia, Ubud Writers & Readers Festival 2017 (UWRF2017), pagi ini dibuka di Museum Neka, Campuhan Ubud, Bali.
Festival ini dilaksanakan di salah satu kiblat penting pusat seniman di Indonesia yakni Ubud. Acara UWRF2017 salah satu gelaran acara sastra dan kebudayaan terbesar di Asia Tenggara, dan dia sudah diselenggarakan ke 14 kalinya.
Jangan pikir ini sebuah gelaran “biasa-biasa saja”. Acara ini disegani dikalangan penulis sedunia, bahkan Penguin Random House meletakan acara ini sebagai 20 acara sastra terpenting sejagat.
Setelah seremonial pembukaan, acara pertama disesi pagi ini dibuka oleh NH. Dini, didampingi bersama dengan Leila S. Chudori. Dihadiri oleh sekitar 350 pemerhati sastra dalam dan luar negeri didalam ruangan Museum Neka.
NH.Dini dan Leila S. Chudori adalah dua figur perempuan sastrawan penting dinegara ini. Bedanya adalah NH Dini adalah angkatan pioner, salah satu tonggak penting peran perempuan dalam dunia sastra tanah air.
NH. Dini berangkat dari otodidak, belajar sendiri dan mencoba menulis salah satunya untuk acara sandiwara di radio. Dimasa itu, sumber literasi soal sastra di nusantara memang belum sebanyak sekarang.
NH Dini dilahirkan dari pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima bersaudara, ulang tahunnya dirayakan empat tahun sekali.
Masa kecilnya penuh larangan. Konon ia masih berdarah Bugis, sehingga jika keras kepalanya muncul, ibunya acap berujar, “Nah, darah Bugisnya muncul”. Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.
NH Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri. Ia sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati.
Ibu Dini adalah juga seorang pembatik yang gemar bercerita tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan Panji Wulung, Penyebar Semangat, Tembang-tembang Jawa dengan Aksara Jawa dan sebagainya. (Hsg)