Karangasem, suarabali.com – Proses meletusnya Gunung Agung pada tahun 1963 dengan saat ini mirip. Hal itu diungkapkan Kasubid Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi, Devy Kamil Syahbana.
“Kalau dilihat dari prosesnya mirip pada tahun 1963 itu sama terjadi effusi. Lava mengisi memenuhi kawah Gunung Agung sebelum terjadinya guguran lava dan awan panas,” ujarnya di Karangasem, Sabtu (2/12/2017).
Meski begitu, menurutnya tidak bisa disamakan erupsi yang terjadi pada tahun 1963 dengan peristiwa saat ini.
“Kita tidak bisa menyamakan yang sekarang ini dengan yang dulu. Karena ini akan bergantung sekali dengan magma yang ada dibawah,” ungkapnya.
Dia menerangkan, bahwa saat ini lavanya masih jauh dari ke kawah bibir. “Saat ini kami masih menunggu apa perkembangan selanjutnya,” katanya.
Dia menjelaskan, erupsi efusif itu adalah keluarnya magma ke permukaan tanpa hambatan seperti gunung-gunung yang ada di Hawai. “Dia keluar dengan kepermukaan itu lebih mudah,” ujarnya.
Saat ini sering terjadi overscale bila dibandingkan dengan tahun 1963 pihaknya tidak mengetahui pasti.
“Kalau dibandingkan dengan tahun 1963 waktu itu belum ada peralatan jadi belum tahu apakah itu over scale atau tidak,” paparnya.
Tapi bila dipelajari prosesnya masih terjadi sampai saat ini seperti yang dilaporkan adanya sinar api.
“Ada pertumbuhan lava di kawah Gunung Agung sebelum akhirnya gugur menjadi lava dan awan panas. Sebelum itu kami belum mendapatkan catatan instrumental yang lebih jelas,” pungkasnya. (Dsd/Tjg)