Pengungsi Belum Butuh Bantuan Asing, Stok Masih Cukup
Denpasar, suarabali.com – Gubernur Bali, Made Mangku Pastika menegaskan, Bali belum membutuhkan bantuan asing untuk atasi pengungsi Gunung Agung.
Arahan dari Menko Puan Maharani, sampai saat ini Bali belum boleh menerima bantuan asing karena kebutuhan bagi pengungsi masih bisa terpenuhi dengan baik.
“Ini himbauan dari Menko Puan Maharani. Kami masih bisa menghandle semua urusan pengungsi. Semua sudah dimanage dengan sangat baik,” ujarnya di Denpasar, Selasa (3/10).
Menurut Pastika, saat ini semua pengungsi dilayani dengan baik, mulai dari kebutuhan makanan, kesehatan dan pendidikan termasuk kebutuhan hiburan bagi anak-anak. Kebutuhan logistik juga masih sangat mencukupi.
“Sayur sampai busuk. Telur juga sampai busuk. Akhirnya jatah perorang satu butir, sekarang malah dua butir. Minyak goreng cukup, beras cukup. Pendidikan terlayani dengan baik, kesehatan juga demikian. Tomat saja sampai busuk, akhirnya sebagian besar dibuatkan jus tomat dan dibagikan kepada petugas dan pengungsi. Semuanya masih cukup. Kita belum butuh bantuan asing. Saya katakan belum butuh, bukan tidak butuh bantuan asing. Ini waktunya masih panjang,” ujarnya.
Sekalipun kebutuhan logistik masih sangat cukup, tampaknya bantuan itu terus berdatangan. Masih ada saja bantuan dari masyarakat yang datang. Solidaritas masyarakat Bali sangat tinggi. Namun mereka membantunya dalam bentuk barang kebutuhan pokok.
Saat ini beras saja ada 3 ribu ton yang menumpuk. Sekalipun sudah didistribusikan ke seluruh posko pengungsi, namun barang-barang itu tetap saja menumpuk.
“Makanya kita meminta masyarakat agar memberinya dalam bentuk uang saja, berapa pun nilainya. Silahkan mengirim melalui rekening bank atau diantar langsung ke Posko Komando Tanah Ampo, Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem,” ujarnya.
Alasannya, bantuan dalam bentuk uang bisa disimpan untuk beberapa lama ke depan sehingga dibelanjakan. Sebab, bantuaan itu tidak bisa berdatangan dalam waktu yang cukup lama. “Kita berharap bantuan itu dalam bentuk uang saja,” ujarnya.
Saat ini jumlah pengungsi sedang didata melalui kartu. Tanggal darurat siaga bencana ditetapkan sampai 12 Oktober 2017. Bila melewati tanggal tersebut kondisi atau status Gunung Agung belum juga normal maka tanggal darura siaga bencana akan diperpanjang.
Soal data atau jumlah pengungsi, Pastika mengaku menerimanya dari Pemkab Karangasem. Jumlah dari 28 desa itu kurang lebih sebanyak 70 ribu orang.
“Data itu saya terima dari pemerintah setempat. Bahkan kepada saya hanya diberikan angka sebanyak 64 ribu orang. Lalu saya bilang ditambahin saja menjadi 70 ribu orang. Namun jumlah itu tidak penting, asalkan dia memang tinggal di pengungsi maka akan diurus pemerintah,” ujarnya. Pemerintah masih sanggup membiayai pengungsi entah sampai kapan pun.
Saat ini dilakukan pendataan dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan sebagai pengganti identitas untuk berobat di rumah sakit manapun. Artinya, bila warga yang berasal dari 28 desa kawasan rawan bencana (KRB) sakit dan tidak memiliki BPJS, maka silahkan berobat di rumah sakit mana pun di Bali karena akan dibayarkan oleh Pemkab Karangasem dan Pemprov Bali.
Kartu itu juga akan digunakan oleh KPUD Bali untuk mendata pemilih dari 28 desa tersebut untuk mengikuti Pilgub Bali dan Pileg dan Pilpres nantinya.
“Data jumlah pengungsi dari 28 desa itu saya terima dari pemerintah. Katanya memang hanya segitu. Sekarang faktanya banyak pengungsi yang trauma dan tidak mau pulang ke rumah. Kita tetap urus, karena ini tanggungjawab pemerintah. Berapa pun jumlah pengungsi, Bali tetap siap untuk membiayainya,” ujarnya.
Untuk lebih mempermudah koordinasi, saat ini petugas sedang memberikan pemahaman agar pengungsi bisa kembali ke Karangsem sehingga lebih dekat dengan asalnya.
Selain lebih dekat, juga untuk mempermuda koordinasi. Pemkab Karangasem juga sudah siap agar pengungsi akan diusahakan masuk ke Karangasem, mengungsi ke desa-desa terdekat. Lebih dari 250 bale banjar, ada gedung serbaguna, gedung kesenian dan sebagainya yang siap menampung pengungsi. (