Denpasar, suarabali.com – Meski masih tinggal di lokasi pengungsian akibat erupsi Gunung Agung, semangat Ketut Darmayasa, tak surut untuk terus mengikuti gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa Bali. Pemuda asal Desa Duda Utara. Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem Bali ini, bersama enam temannya, berangkat dari desanya menuju kota Denpasar mengendarai sepeda motor untuk ikut berkumpul bersama ForBALI dan Pasubayan, menggelar aksi tolak reklamasi di Kantor Gubernur Bali. Sabtu (02/11/2017).
Darmayasa mengaku, di desanya termasuk dalam zona merah atau Kawasan Rawan Bencana (KRB) l dan saat ini, ia mengungsi ditempat pengungsian di kawasan Kabupaten Karangasem Bali.
“Desa saya di KRB l, kami juga mengungsi tapi karena kami ikut dalam perjuangan gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa. Kami datang kesini mewakili kawan-kawan di Karangasem untuk ikut aksi ini,” ucapnya.
Alasan lain bagi Darmayasa, kendati dirinya tertimpa musibah erupsi dan harus mengungsi, menurutnya hal itu bukan hambatan untuk berjuang menentang reklamasi Teluk Benoa. Karena menurutnya perjuangan ForBALI dan Pasubayan harus dilanjutkan demi keutuhan alam Bali agar tidak rusak.
“Bagi saya ini adalah perjuangan, karena saya sudah merasakan sakitnya bagaimana jika tertimpa musibah ketika Gunung Agung erupsi. Saya rasa kawan-kawan yang berada di pesisir juga merasakan hal yang sama. Karena Gunung dan laut tak bisa dipisahkan. Karena kita yang di Gunung pernah ke laut untuk mensucikan diri, dan saudara di pesisir juga ke Gunung untuk sembayang,” ungkapnya.
Darmayasa juga menyampaikan, bahwa bencana alam itu tidak memandang status seseorang, entah miskin atau kaya, dari suku dan agama apapun, entah berkasta atau tidak. Menurutnya hal itu bisa disadari jika Gunung saja buatan Tuhan bisa erupsi, apalagi yang dibuat oleh manusia.
“Kita juga harus belajar dari Gunung Agung. Kita tak perna tau bahwa Gunung Agung mengelurkam debu. Apalagi yang dibuat oleh orang-orang itu. Istilahnya kita dibuatkan bencana lebih dahulu, sudah tau itu bencana yang akan datang. Kenapa kita diam ?,” tanya Darmayasa.
Darmayasa berharap pada Pemerintah Provinsi Bali untuk segera membatalkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 5. Tahun 2014 terkait reklamasi Teluk Benoa Bali.
“Harapan saya simple pada pemerintah Provinsi Bali, cabut pilpresnya, karena Bali indah tanpa reklamasi,” pungkasnya.
Darmayasa juga menyuarakan tentang nasib warga Karangasem pasca erupsinya Gunung Agung. Dengan penuh semangat dan lantang ia berorasi di podium mewakili suara pemuda Karangasem untuk tetap menjaga alam Bali agar tidak dirusak. (Mkf/Tjg)