Denpasar, suarabali.com – Ribuan warga yang tergabung dalam Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) bersama Pasubayan kembali berdemo di Kantor Gubernur Bali di Denpasar, Sabtu (2/12/2017). Mereka menggelar aksi menolak reklamasi Teluk Benoa.
Seperti biasanya, sebelum sampai di kantor Gubernur Bali, massa long march mengelilingi lapangan Niti Mandala Renon. Mereka meneriakkan yel-yel “Sudah 5 Tahun Kita Dibohongi “. Sambil mengepalkan tangan kiri, mereka juga berteriak: tolak reklamasi Teluk Benoa.
Setiba di depan gerbang Kantor Gubernur Bali, sejumlah seniman yang ikut aksi menampilkan atraksi budaya. Aksi menolak reklamasi ini rutin digelar setiap bulan.
Massa unjuk rasa juga menentang kriminalisasi kepada Desa Adat, di antaranya kepada Bendesa Adat Tanjung Benoa, I Made Wijaya alias Yonda. Menurut Koordinator ForBALI I Wayan ‘Gendo’ Suardana, I Made Wijaya dituding memanfaatkan taman hutan raya, melakukan kegiatan penimbunan, dan penebangan hutan mangrove di Teluk Benoa.
“Menurut kami, ini adalah upaya mengkriminalisasi Desa Adat yang berani mengktritisi kebijakan pemerintah,” tegas Gendo.
Gendo menegaskan, ForBALI dan Pasubayan akan terus melancarkan gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa sampai dokumen analisas dampak lingkungan (Amdal) tidak diterbitkan.
“Pemerintah Provinsi Bali adalah lembaga yang mendukung upaya reklamasi Teluk Benoa. Sehingga, kami tidak bisa berharap banyak dari mereka. Di tingkat nasional sendiri, soal Amdal ini masih menjadi polemik,” jelasnya.
Lantaran ada penolakan dari masyarakat Bali, kata Gendo, hingga kini Amdal reklamasi Teluk Benoa belum ditandatangani.
“Kami akan terus berjuang minimal sampai 25 Agustus 2018 sesuai masa berakhirnya izin lokasi yang didapatkan PT TWBI di Teluk Benoa,” pungkasnya. (Mkf/Sir)