Jakarta, suarabali.com – Kesehatan jiwa sering luput dari perhatian. Padahal, kesehatan jiwa merupakan aspek kunci kesehatan bagi para pekerja. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan depresi mendominasi penyebab penyakit dan kecacatan di seluruh dunia.
Namun, jangan khawatir. Sejatinya depresi dapat diobati asalkan akses terhadap pengobatannya mudah didapatkan. Lingkungan kerja yang sehat, misalnya, memberi dampak positif bagi pekerja dan pemberi kerja.
“Depresi memengaruhi seluruh orang dari berbagai lapisan usia sesuai siklus hidup manusia di seluruh dunia. Depresi menyebabkan penderitaan dan berdampak pada ketidakmampuan melaksanakan tugas, bahkan tugas sehari-hari yang paling sederhana,” kata dr. Eka Viora, Sp.KJ, Ketua Umum PP Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa.
Menurut dia, depresi dapat merusak hubungan dengan keluarga dan teman-teman. Selain itu, juga dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk mencari nafkah. Lebih buruk lagi, depresi dapat mendorong orang untuk bunuh diri. “Saat ini bunuh diri merupakan penyebab kematian nomor dua pada kelompok usia 15 – 29 tahun,” ungkapnya.
Berdasarkan data yang dirilis WHO’s Global Health Estimates tahun 2015, bunuh diri atau menyakiti diri sendiri adalah penyebab paling umum kedua kematian pada usia 15 – 29 tahun di wilayah Asia Tenggara.
Untuk mencegah hal itu terjadi, dr. Eka Viora, Sp.KJ memberikan tips cara mengelola stres. Agar terhindar dari kondisi depresi, seseorang sebisa mungkin menghidari situasi yang mengancam. Caranya, dengan mengubah cara pandang terhadap situasi dengan mengontrolnya. Lalu, membuat tujuaan yang realistis dengan menetapkan prioritasnya.
Secara individu, kata dia, stres juga dapat dikelola dengan berolahraga secara teratur dan membiasakan perilaku hidup sehat.
Agar tidak stres, seseorang juga harus berpikir realistis dengan mengenali batasan-batasan kemampuan pribadi. “Istirahat yang cukup. Kembangkan jejaring sosial dan nikmatilah setiap pekerjaan yang Anda lakukan,” pungkasnya. (Sir)