Karangasem, suarabali.com – Asap kelabu kembali terpantau membumbung setinggi 2.200 meter di atas puncak Gunung Agung. Embusan asap itu disertai muntahan abu vulkanik.
“Asap kelabu tebal condong ke arah barat daya. Ada abunya, tapi masih tipis di sekitar puncak gunung,” kata Devy Kamil Syahbana, Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, Kamis (7/12/2017).
Berdasarkan pengamatan pada pukul 06.00 hingga 12.00 WITA, menurut Devy, terjadi gempa frekuensi rendah sebanyak 15 kali, gempa embusan 7 kali, gempa vulkanik 1 kali, dan tremor menerus (microtremor) terekam dengan amplitudo 1- 2 milimeter (dominan 1 milimeter).
Dia menjelaskan, gempa frekuensi rendah merupakan gempa yang merefleksikan aliran fluida magma di kedalaman dangkal. Umumnya berada 3 kilometer di bawah kawah. Sementara gempa embusan merefleksikan proses pelepasan energi berupa dominan gas ke permukan dan sumbernya berada di dekat permukaan.
“Hingga saat ini, status Gunung Agung masih awas dan masih aktif,” tegasnya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG) Kasbani meminta warga yang tinggal di lereng Gunung Agung pindah ke tempat yang aman. Sebab, Gunung Agung masih berpotensi memuntahkan lahar dingin.
Jika dilihat dari erupsi Gunung Agung pada 21 – 29 November 2017, umumnya material yang keluar berupa abu. Jika hujan deras turun di kawasan Gunung Agung, kata Kasbani, lahar dingin sangat berpotensi terjadi.
“Selama material itu masih ada dan terjadi hujan besar, maka lahar dingin akan turun mebawa batu-batu,” katanya.
Itu sebabnya, Kasbani mengimbau warga yang masih tinggal di lereng Gunung Agung agar segera menjauh.
“Dengan adanya hujan intensitas yang cukup tinggi ini, sebaiknya warga yang berada di lereng selatan dan utara Gunung Agung mencari tempat aman,” ucapnya. (Dsd/Sir)