• Home
  • Indeks Berita
  • Ketentuan
  • Ketua PWI Pusat Ingatkan Media Massa Pentingnya Jaga Kebhinekaan   Jelang Pilkada 2024
  • Kode Etik
  • Redaksi
  • Terms of Service
Kamis, 10 Juli 2025
  • Login
Suara Bali
Advertisement
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up
No Result
View All Result
Suara Bali
No Result
View All Result
Home Nasional

“Buah Pala” yang Membangkitkan Nasionalisme

Made Hanjarwadi by Made Hanjarwadi
Agustus 16, 2017
in Nasional
0
“Buah Pala”  yang Membangkitkan Nasionalisme

Penampilan Drama Dokumenter Sanggar Seni Citta Usadhi, Kabupaten Badung pada rangkaian acara Bali Mandara Mahalango IV – 2017, di Stage Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar pada Selasa malam (15/08)/Foto: Ist

0
SHARES
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WhatsApp

Denpasar, Suarabali.com – Siapa bilang pertunjukan drama hanya soal romantisme dan balada cinta kawula muda saja? Seni drama dapat menjadi salah satu sarana edukasi bagi masyarakat, baik memberikan petuah dan nilai- nilai kehidupan maupun refleksi diri. Contohnya mengobarkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia tercinta. Semangat itu pula yang tergambar pada penampilan Drama Dokumenter produksi Sanggar Seni Citta Usadhi, Kabupaten Badung  pada rangkaian acara Bali Mandara Mahalango IV – 2017, di Stage Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar pada Selasa malam (15/08).

Uniknya, pertunjukan ini digarap bersama Ron Jenkins dari Department Wesleyan University, Connecticut, USA. Pertunjukan bertajuk “Islands, The Lost History of the Treaty that Change the World” itu mengangkat cerita sejarah yang “hilang” dari Perjanjian Breda 1667 (The 1667 Treaty of Breda). Kala itu Belanda menyerahkan kontrol dari Pulau Manhattan kepada Inggris, menukarkannya dengan sebuah pulau kecil penghasil rempah, yakni pulau Rhun di Kepulauan Banda, yang sekarang menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Related posts

Presiden Prabowo Instruksikan Menteri Terkait Jaga Stabilitas Harga Bahan Pangan Jelang Ramadhan

Presiden Prabowo Instruksikan Menteri Terkait Jaga Stabilitas Harga Bahan Pangan Jelang Ramadhan

Februari 28, 2025
Hukuman Mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Diperberat Jadi 13 Tahun dalam Kasus Korupsi Gas LPG

Hukuman Mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Diperberat Jadi 13 Tahun dalam Kasus Korupsi Gas LPG

Februari 28, 2025

Kolonialisme Belanda yang amat menyakitkan bagi penduduk pulau Rhun pasca-Perjanjian Breda memelopori keinginan untuk melepaskan diri kekuasaan Belanda. Drama ini mengisahkan tentang pergolakan perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia dalam usaha melepaskan diri dari cengkeraman kekuasaan kolonialisme Belanda. Pada bagian akhir drama ini, Indonesia memperoleh kemerdekaannya dan perjanjian dikalahkan oleh kata-katanya sendiri yakni “Justice Shall Be Demanded” (Keadilan akan dituntut –red).

I Nyoman Catra, sang Sutradara pementasan drama dokumenter ini menuturkan, dirinya memang sudah sering melakukan kerjasama dengan Ron Jenkins.

“Bulan April kemarin, pementasan ini sudah pernah ditampilkan di Amerika Serikat dengan pengantar bahasa Inggris,” jelasnya.

Sekitar 33 orang pemain dan pemusik mendukung pertunjukan ini. Tidak hanya berasal dari Bali, beberapa pemain dari Amerika Serikat juga ikut ambil bagian dalam pertunjukan ini. Pertunjukan drama dokumenter ini juga mendapat apresiasi dari pengamat sekaligus kurator Bali Mandara Mahalango IV – 2017, Komang Astika.

“Pertunjukan ini memasukkan beberapa ciri khas dari kesenian Bali. Sebuah kolaborasi dengan penataannya cukup apik. Tidak ada kecanggungan di dalam menggabungkan menjadi satu-kesatuan,” ujar Astika.

Walaupun dari segi bentuk, masih kental dengan gaya teater barat, tetapi masuknya unsur-unsur kesenian Bali menambah warna tersendiri dalam pertunjukan ini.

“Saya dapat merasakan alurnya dari awal sampai akhir. Penampilan ini menyita konsentrasi kita, bagus dan saya terkesan,” aku Astika. Namun, Astika menyayangkan minimnya penonton yang datang menyaksikan penampilan ini. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat menjadi salah satu faktornya. Padahal, menurut Astika, penampilan ini dapat jadi pelajaran yang manfaatnya membangkitkan nasionalisme dan mengungkap sejarah. Apalagi tidak banyak orang Indonesia yang tahu soal Perjanjian Breda dan hal-hal dibaliknya.

Astika berharap agar penampilan ini dapat ditampilkan dalam skala nasional di masa mendatang.(GG)

Previous Post

Polda Bali Musnahkan Barang Bukti Narkoba

Next Post

Membangkitkan Kembali Jati Diri dan Karakter Budaya Bali

Next Post
Membangkitkan Kembali Jati Diri dan Karakter Budaya Bali

Membangkitkan Kembali Jati Diri dan Karakter Budaya Bali

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru

Lomba Ogoh-Ogoh Kabupaten Badung 2025: “Bhandana Bhuhkala Festival” Resmi Berakhir

Lomba Ogoh-Ogoh Kabupaten Badung 2025: “Bhandana Bhuhkala Festival” Resmi Berakhir

4 bulan ago
ASDP Gilimanuk Siapkan 54 Kapal Penumpang Hadapi Arus Mudik Lebaran 

ASDP Gilimanuk Siapkan 54 Kapal Penumpang Hadapi Arus Mudik Lebaran 

4 bulan ago
Penyeludupan Enam Ekor Penyu Hijau Berhasil Digagalkan

Penyeludupan Enam Ekor Penyu Hijau Berhasil Digagalkan

4 bulan ago
IC Consultant Bali Gelar Edukasi Pajak untuk Pengusaha

IC Consultant Bali Gelar Edukasi Pajak untuk Pengusaha

4 bulan ago
Suara Bali

© 2023 PT Suara Bali Media - All Right Reserved

  • Redaksi
  • Ketentuan
  • Kode Etik

No Result
View All Result
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up

© 2023 PT Suara Bali Media - All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In