DENPASAR, suarabali.co.id – Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, mengumumkan suhu terendah di Bali mencapai 19 derajat celcius. Pada malam hari cuaca di Bali lebih dingin daripada di siang hari.
BBMKG Wilayah III Denpasar mengimbau masyarakat agar senantiasa mempersiapkan diri terhadap perubahan suhu di siang maupun malam hari, serta mengantisipasi pergerakan angin (cukup kencang) yang dapat mengakibatkan pohon tumbang maupun benda-benda dengan ketinggian tertentu.
Prakirawan BBMKG Wilayah III Denpasar, I Wayan Wirata mengatakan suhu terendah di Bali itu diketahui berdasarkan pengamatan dari empat stasiun di wilayah Bali.
“Tercatat suhu paling rendah mencapai 19 derajat celcius, hal ini masih normal seperti tahun sebelumnya,” ujarnya pada Jumat 21 Juni 2024.
Dia menjelaskan fenomena suhu dingin saat musim kemarau adalah hal yang sangat wajar terjadi setiap tahun. Fenomena ini diperkirakan masih terjadi hingga Juli mendatang.
Menurut dia, fenomena ini terjadi karena
Angin Monson Australia. Angin Monson Australia menyebabkan pola tekanan udara yang relatif tinggi, di Australia menyebabkan pergerakan masa udara dingin menuju Indonesia.
Dia mengungkapkan tutupan awan cenderung sedikit sehingga udara panas tidak dipantulkan kembali ke bumi. Karena aktifnya monsoon Australia, angin bertiup dari timuran Australia menuju ke Asia melewati Indonesia, sehingga kita merasakan dampak suhu dingin.
Selain itu adanya gerak semu matahari, dan di musim kemarau ini lapisan awan berkurang sehingga sedikit uap air yang bisa menahan dan panas ini tertarik ke atas. Pada musim kemarau umumnya jarang terjadi hujan di mana tutupan awan berkurang, sehingga panas permukaan bumi akibat radiasi matahari lebih cepat dan lebih banyak yang dilepaskan kembali ke atmosfer berupa radiasi balik gelombang panjang.
“Dengan curah hujan yang kurang maka kelembapan udara juga rendah yang berarti uap air di dekat permukaan bumi juga sedikit.
<span;>Bersamaan dengan kondisi langit yang cenderung bersih, dari awan maka panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepaskan ke atmosfer luar, sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari,” kata dia.