DENPASAR, suarabali.co.id- Peran orang muda dalam tata kelola perkotaan sangat penting, baik untuk memastikan perspektif dan prioritas mereka sebagai warga kota diperhitungkan dalam perencanaan dan pembangunan di kota, serta untuk mendorong keterlibatan mereka sebagai calon pemimpin masa depan.
Namun, dalam banyak konteks, orang muda seringkali terabaikan dan belum banyak terlibat dalam pengambilan keputusan di ruang-ruang formal kota.
Seringkali orang muda memilih untuk melakukan upaya independen, atau melakukan pendekatan berbeda dari pemerintah, salah satunya melalui platform digital.
Upaya dan inisiatif kaum muda tersebut dapat berperan penting dalam mendorong ide, gagasan, dan inovasi baru di isu pembangunan kota, sehingga diperlukan adanya proses tata kelola perkotaan yang lebih inklusif dan kolaboratif antara orang muda dengan pemerintah lokal.
Kota Kita berkolaborasi dengan BaleBengong, media jurnalisme warga membuat ruang bagi anak muda mencurahkan masalah dan gagasannya tentang Kota Denpasar pada acara Seken Nak Kodya? Anak Muda Bicara Kota pada Jumat, 21 Juni 2024 sore sampai malam di Youth Park Taman Kota Denpasar.
Ini adalah bagian dari riset University College London (UCL) bersama Kota Kita (Indonesia) dan CatalyticAction (Lebanon) melalui penelitian ‘Co-producing Digital Platforms for Youth Inclusive Urban Governance (YUP)’, bertujuan untuk memahami peran orang muda dalam perencanaan dan tata kelola pembangunan kota melalui studi kasus di dua kota Indonesia: Solo dan Denpasar.
Penelitian ini berupaya mengeksplorasi bagaimana pemuda dapat berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk mengatasi isu-isu perkotaan yang penting bagi mereka dengan memanfaatkan platform digital.
Untuk itu, ada 5 perwakilan komunitas anak muda Denpasar yang menyampaikan masalah serta solusinya. Mereka adalah Tim Peliput AJW 2024: Putri Santiadi, Lily Darmayanti, Putri Indrawati yang memetakan kawasan trotoar yang dialihfungsikan sebagai parkir motor di kawasan heritage Gajah Mada beserta kemacetannya.
Mereka minta Pemkot melakukan penertiban serta sanksi karena ini kawasan cagar budaya serta membuat pos pengawasan.
Teja Wijaya menyampaikan pemetaan minimnya ruang publik terutama bermain anak karena Denpasar hanya punya 10 taman, kecuali di Denpasar Barat.
Padahal di kota lain seperti Surabaya, kota makin memperbanyak taman. Akibatnya anak-anak sering dimarahi saat main layangan atau bersepeda karena dilakukan di jalan.
Berikutnya ada komunitas Membumi dari Surya Manika Sari, warga Binoh, desa yang dulunya sentra gerabah. Ia mengaktifkan teba untuk menyokong produksi gerabah dari tanah sehingga teba tak kotor untuk tempat sampah.
Ada juga Kisara PKBI Bali yakni Pradnyawidari, Sri Saraswati, dan Yuliantari yang menyampaikan tiga isu yakni maraknya geng motor, pelecehan seksual di ruang publik, dan minimnya penegakan kawasan tanpa rokok.
Sedangkan Komunitas Kota Masa Depan diwakili Ardhinata Wibawa menyampaikan perubahan tata ruang kota Denpasar yang menyebabkan kemacetan dan berharap anak muda bisa dilibatkan dalam perancangan kota.
Masalah dan solusi ini ditanggapi komunitas Teman Sayur, diwakili Kristina Komala yang merintis kebun kota sebagai tambahan kawasan terbuka hijau kota, Yayasan Kota Kita oleh Vanesha Manuturi, Kadis Pariwisata Ni Luh Putu Riyastiti, dan Kadis Kominfo dan Statistik Kota Denpasar Alit Adhi Mertha. Hadir juga sejumlah SKPD lain seperti DLHK, Dinas Perhubungan, dan lainnya.
Vanessa Manuturi dari Kota Kita mengatakan bicara kota membahas keseharian, jadi bukan urusan perancang teknis seperti arsitek saja.
Menurutnya forum kolaborasi penting, bentuk forum harus dibahas bersama komunitas untuk konsensus bersama.
“Kota dan urbanisasi perubahannya sangat cepat. RPJMD sebentar lagi, bagaimana memastikan suara warga yang akan memanfaatkan ruang itu ikut berpartisipasi. Misalnya taman kota didesain bersama, warga akan senang merawat,” urainya.
Kadis Kominfos Alit Adhi Mertha menyatakan dibangunnya Youth Park karena pengaduan masyarakat, sebelum pandemi. Menurutnya Pemkot sudah bergerak, namun banyak yang dilakukan informasinya tidak sampai ke warga.
“Ada 4 pilar tata kota yaitu regulasi, infrastruktur fisik dan teknologi, sosial, peningkatan SDM, dan monev,” jelasnya.
Ia merespon ajakan kolaborasi karena penting. Sementara untuk penanganan pengaduan warga, dari UPT Pro Denpasar diketahui ada total pengaduan 1800an pada 2023, 663 pada 2024.
Sampai 20 Juni, kanal pengaduan yang menerima terbanyak adalah mobile apps yakni 47% dan website 21%. Ia memastikan ada prosedur pengaduan dan hasil perbaikan disampaikan ke pelapor.
Sementara itu anak muda yang hadir langsung menyampaikan berbagai keluhan yang ditanggapi langsung oleh SKPD. Misalnya Rian, mahasiswa dari Denpasar yang kini kuliah di Bandung menyebut Kota Denpasar harusnya siap sebagai kota pendidikan dengan menambah fasilitas seperti public space bagi siswa dan mahasiswa. Seperti yang digalakkan di Kota Bandung.
Dani mempertanyakan refill station air gratis untuk mengurangi sampah plastik dengan refill air. Selain itu perlu monitoring dan evaluasi implementasi pelarangan sampah plastik.
Ketut Adi Wiguna, Kabid pengelolaan sampah dan B3 Dinas Lingkungan Hidup Denpasarr mengakui sampah belum bisa ditangani dengan baik, tak hanya Denpasar juga Indonesia. Ia tidak setuju Denpasar disebut no 4 terkotor, karena sampah terbanyak di pantai dan sungai. Ada 50 petugas membersihkan pantai tiap hari Jumat. Memulai dari hulu dan hilir.
“Mestinya tiap TPA ada teknologi sehingga sampah tidak menggunung karena open dumping ditumpuk sampai 35 meter,” katanya. Ia menyampaikan mulai 1 Oktober 2024 warga harus memilah dengan jadwal pengangkutan terpisah organik dan anorganik. Ia berharap pertemuan seperti ini berlangsung tiap 3 bulan.
Terkait kemacetan di kota, perwakilan Dishub Denpasar mengatakan pertumbuhan kendaraan tinggi tapi tidak bisa dilakukan pembatasan. Namun kendaraan nopol luar akan ditangani. “Kawasan Gajah Mada kami programkan penertiban,” sebutnya. Sedangkan untuk angkutan umum, ada Program Sibuset untuk angkut anak sekolah tapi ada keterbatasan. Trans Metro belum dimanfaatkan warga maksimal padahal fasilitas bagus tapi ada sejumlah kendala seperti jalan kecil yang menyulitkan.
DENPASAR, Suarabali.co.id-