Karangasem, suarabali.com – Aktivitas magma Gunung Agung masih tinggi dengan intensitas kegempaan frekuensi rendah. Berdasarkan hasil pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi pada Selasa (5/12/2017) pukul 06.00-12.00 WITA, aktivitas magma mencapai 10 kali dengan amplitudo 2-22 milimeter dengan durasi 38-102 detik.
Hasil pantauan itu mengindikasikan Gunung Agung masih berpotensi mengalami erupsi. “Tingkat aktivitas gunung ini masih di tingkat IV atau Awas,” kata Devy Kamil Syahbana, Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG, di Pos Pemantauan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem.
Devy menjelaskan, intensitas asap kawah Gunung Agung terpantau bertekanan sedang berwarna putih dengan intensitas tebal dengan ketinggian 1.000 hingga 1.500 meter di atas puncak kawah. Embusan asap putih tebal ini mengarah ke timur. Sedangkan intensitas aktivitas vulkanik dangkal tercatat dua kali dengan amplitudo tiga milimeter dengan durasi 11-12 detik.
“Kami akan terus melakukan pemantauan guna mengantisipasi adanya akumulasi gas di bawah permukaan kawah Gunung Agung, karena berpotensi terjadinya erupsi,” ujarnya.
Untuk kondisi geokimia, kata Devy, pada Senin malam (4/12/2017) terekam gas-gas magmatik Sulfur Dioksida (SO2) Gunung Agung dari Satelit Suomi National Polar-Orbiting Partnership (Suomi NPP), akibat aktivitas gunung setinggi 3.142 mdpl itu.
“Ini menandakan, meskipun asap yang dikeluarkan Gunung Agung berwana putih, namun konten SO2 dan aktivitas magmatik yang terus berlangsung,” ujarnya.
Selain itu, berdasarkan citra satelit, terpantau lava masih melakukan pengisian di kawah dengan laju pertambahan melambat. Meski demikian, sejak 25 November hingga 29 November 2017 tercatat sebanyak 20 juta meter kubik.
Kemudian pada 30 November 2017 hingga Selasa ini (5/12/2017), terjadi pertambahan ketinggian lava di kawah Gunung Agung mencapai 10 meter. Untuk mencapai ketinggian bibir kawah, menurut dia, masih memerlukan waktu lama.
“Artinya, dari ketinggian lava kawah yang saat ini 10 meter, masih ada longgar kedalaman kawah untuk dilakukan pengisian lava kira-kira 120 meter untuk mencapai di bibir kawah. Ini akan terus kami amati dengan skenario yang sama, bahwa aktivitas ini bisa saja menurun apabila magma Gunung Agung menjadi degesing atau mobilitas berkurang,” ujarnya.
Senin malam (4/12/2017), menurut Devy, teramati sinar api (glow) berwarna terang. Ini menandakan adanya efusi lava atau energi termal dengan temperatur suhu lava baru mencapai 900 hingga 1.200 derajat Celcius.
Untuk energi dorong lava masih terus terjadi. Terdeteksi dari seismograf, masih terjadi aktivitas kegempaan. Artinya, aktivitas magmatik Gunung Agung masih tinggi. “Data ini akan kami jadikan pegangan dan mengimbau masyarakat agar tidak panik dan tetap waspada,” tegasnya. (Sir)