Palembang, suarabali.com – Beberapa tahun lalu, diagnosis positif HIV atau AIDS sering diibaratkan seperti bunyi lonceng kematian. Namun, berkat perkembangan dunia pengobatan saat ini, HIV sudah bisa diobati. Meskipun tidak dapat menghilangkan penyakit secara total, tetapi dengan terapi obat yang tepat, dapat membantu memperpanjang harapan hidup si penderita.
Dengan menjalani terapi Anti Retroviral (ARV), orang yang terinfeksi virus HIV tetap bisa memiliki umur yang panjang, sehat, dan produktif. Terapi ARV secara teratur sangat penting bagi orang dengan HIV positif. Sebab, terapi ARV akan menekan jumlah virus HIV yang ada di tubuh, sekaligus menjaga kekebalan tubuh (CD4 > 350).
“Minum obat ARV bagi mereka yang HIV positif akan mencegah penularan pada orang lain. Juga mencegah munculnya gejala AIDS, menjaga produktivitas dan meningkatkan kualitas hidup,” ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, dr. HM Subuh, MPPM, saat peringatan Hari AIDS Sedunia 2017 di Griya Agung Palembang, Sumater Selatan, Selasa pagi (5/12/2017).
Hingga saat ini, kata Subuh, pemerintah tetap menjamin ketersediaan pengobatan ARV. Pada tahun 2017, Kemenkes menganggarkan dana Rp 800 miliar agar masyarakat, khususnya orang dengan HIV-AIDS atau para ODHA, bisa mendapatkan pengobatan ARV secara gratis.
Pada masa lalu, tidak semua ODHA bisa memulai terapi ARV. Hanya ODHA dengan persyaratan klinis tertentu (CD4<350). Namun, penelitian klinis beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa orang yang terinfeksi HIV sebaiknya memulai terapi ARV sejak dini (tanpa memandang jumlah CD4).
Sebab, terapi ARV terbukti memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan dan ketahanan hidup pasien. Itu sebabnya, Kemenkes menyambut baik kabar gembira tersebut dengan melakukan inovasi treat all pada tahun 2018, yakni semua ODHA di Indonesia dapat memulai terapi ARV berapapun jumlah CD4-nya, secara gratis. (Sir)