BANGLI, SUARABALI.COM – Harapan sejumlah petani cabai Kabupaten Bangli untuk meraup keuntungan tinggal angan belaka. Betapa tidak, akibat pengaruh cuaca ekstrem belakangan ini, tanaman cabai mereka busuk sebelum dipanen. Belasan are tanaman cabai milik petani banyak terserang penyakit antraknosa dan busuk batang. Para petani gagal panen dan harus menelan kerugian jutaan rupiah.
Di wilayah Kecamatan Susut, petani terpaksa memanen cabai sebelum waktunya. Mereka bahkan banyak yang memanen cabai yang kondisinya telah rusak.
“Kami terpaksa memanen cabai yang kondisi tidak bagus, hal ini untuk menghindari kerugian yang terlalu besar,”ujar Komang Agus, salah seorang petani yang ditemui suarabali.com di Dusun Tanggahan Talangjiwa,Desa Demulih,Susut Selasa (19/09/2017).
Agus menjelaskan, akibat serangan antraknosa ini, tanaman cabai akan mengering dan buahnya rontok. Ia mengaku, berbagai upaya telah dilakukan petani untuk menghentikan serangan penyakit, seperti menyemporot tanaman dengan obat-obatan, tapi tidak membuahkan hasil.
“Kami hanya bisa pasrah mendapati tanaman yang kini mulai busuk ini,”keluh Agus.
Dengan kondisi buah cabai seperti ini, menurut Agus, harga jual cabai hanya berkisar Rp 6 ribu per kilogram. Hal itu, lanjut Agus, tak sebanding dengan biaya perawatan dan tenaga yang dikeluarkan petani.
“Ini jelas membuat kami merugi, karena pemeliharaan tanaman cabai membutuhkan biaya cukup besar,” katanya. Meski demikian, ia mengaku tidak akan kapok menanam cabai. Karena hal ini memang telah terbiasa dialaminya.
“Yang namanya usaha memang untung dan rugi selalu akan ada, sewaktu-waktu pasti akan menemukan harga jual maupun hasil yang baik” pungkasnya. (drn)