Denpasar, suarabali.com – Pengungsi di Bali saat ini sudah diajak untuk mulai mandiri. Mandiri yang dimaksud adalah dalam pengertian bahwa segala sesuatunya harus dilakukan sendiri.
Kepala BPBD Bali Dewa Made Indra mengatakan, pertama-tama pihak harus menjelaskan kepada pengungsi bahwa Gunung Agung atau letusan yang ada saat ini minimal sama dengan peristiwa yang terjadi tahun 1963.
“Pertama kami harus menjelaskan bahwa Gunung Agung itu dalam letusannya tidak saja membawa malapetaka tetapi juga membawa berkah. Malapetaka terjadi bisa karena debu panas, pijaran api, lontaran batu, luapan lahar dan sebagainya. Itu menjadi malapetaka kalau kita tidak mengikuti arahan petugas, tidak mengungsi dan seterusnya. Sementara di sisi lain, Gunung Agung juga membawa berkah seperti kesuburan, membawa material bangunan seperti pasir, batu dan sebagainya. Jadi jangan sampai melihat Gunung Agung yang meletus itu sebagai ancaman belaka, malapetaka dan seterusnya,” ujarnya di Denpasar, Minggu (3/12).
Menurut Dewa Indra, penjelasan seperti ini harus terus menerus disampaikan kepada pengungsi sehinggga secara psikologi pengungsi dibangkitkan semangatnya selama berada di posko pengungsian dengan hidup mandiri.
“Hidup mandiri yang dimaksud bukan berarti pemerintah lepas tangan. Pemerintah tetap setia mengurusnya sampai dengan batas waktu yang tidak ditentukan,” ujarnya.
Mandiri yang dimaksud adalah agar mereka bisa masak sendiri, dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, kemudian masak sendiri, cuci sendiri dan sebagainya.
“Logistik tetap disupport pemerintah seperti beras, gula, garam, lauk, minyak dan sebagainya. Tetapi pemerintah hanya mendistribusi sembako, gas, dan sebagainya, lalu itu diolah sendiri-sendiri,” ujarnya.
Kemandirian lain adalah agar selama di posko pengungsi mereka bisa menghasilkan sesuatu untuk dijual. Ada yang menganyam, menenun, menyulam, melukis dan sebagainya. Sejauh kegiatan itu menghasilkan silahkan dikerjakan. Apa yang bisa dikerjakan untuk menghasilkan uang silahkan kerjakan.
Ada yang kurang seperti bahan baku, peralatan dan sebagainya, silahkan dikoordinasikan karena banyak bantuan baik dari pemerintah maupun swasta. Ia menyebut, beberapa posko pengungsi di Kecamatan Rendang misalnya, sudah ada pengungsi yang bekerja melakukan anyaman dari bahan dasar bambu menjadi berbagai jenis seperti wadah, keranjang, vas bunga dan sebagainya. Hasilnya bisa dijual ke pasar kerajinan di seluruh Bali dan luar Bali.
Untuk kemandirian pengungsi, dalam beberapa saat ke depan beberapa relawan akan ditarik secara perlahan-lahan. Selama ini relawan bertugas memasak, membungkus nasi, membagi-bagikan kepada pengungsi. Namun ke depannya relawan akan ditarik.
Pengungsi dilatih untuk masak sendiri, cuci piring sendiri dan seterusnya. Itulah sebabnya relawan akan ditarik. Untuk itu saat ini petugas sedang mendata agar pengungsi menempati rumah-rumah kosong, gedung-gedung serba guna, balai banjar dan seterusnya. Pengungsi yang menempati tenda agar bisa segera mencari gedung.
“Kondisi cuaca saat ini sangat tidak bersahabat. Hujan dengan intesitas tinggi, angin cukup kencang, sehingga tenda-tenda pengungsi kurang nyaman,” ujarnya.(Ade/Tjg)