Pasukan UNIFIL di Lebanon.
Suarabali.co.id – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gutteres menyebut serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian oleh zionis Iseael merupakan pelanggaran hukum internasional dan bisa jadi kejahatan perang,
“Personel UNIFIL dan sejumlah posisi penempatannya tidak boleh menjadi sasaran,” kata Dujarric mengacu pada pasukan internasional yang memakai helm biru tersebut.
Dia juga mengatakan bahwa “dalam insiden sangat mengkhawatirkan yang terjadi hari ini (Minggu), gerbang masuk posisi PBB juga sengaja diterabas oleh kendaraan lapis baja Israel.”
Akibat serangan tersebut detidaknya lima pasukan penjaga perdamaian telah terluka dalam beberapa hari terakhir.
Pada Sabtu (12/10), 40 negara yang berkontribusi dalam misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon mengeluarkan pernyataan bersama, mengutuk serangan Israel terhadap misi tersebut dan menyerukan penyelidikan atas insiden yang terjadi.
Spanyol, Prancis dan Italia telah mengecam serangan tersebut sebagai “tidak dapat dibenarkan.” Pada Jumat (11/10), Presiden AS Joe Biden juga mengatakan bahwa dia telah mendesak Israel agar berhenti menargetkan pasukan penjaga perdamaian.
Sementara itu, Turki menyebut serangan Israel terhadap UNIFIL merupakan ekspresi dari kebijakan pendudukan Netanyahu di Lebanon.
Peran pasukan penjaga perdamaian PBB sangat penting, terutama mengingat fakta bahwa Israel berupaya memperluas perang di kawasan tersebut, kata Kementerian Luar Negeri Turki.
Turki juga menambahkan bahwa Dewan Keamanan PBB harus mencegah serangan terhadap pasukan yang berafiliasi dengan badan dunia tersebut.
UNIFIL, misi sekitar 9.500 tentara dari berbagai negara yang dibentuk setelah invasi Israel ke Lebanon pada 1978, menuduh militer Israel “sengaja” menembaki posisinya.
Pemimpin Israel Benjamin Netanyahu meminta Guterres pada Minggu (13/10) untuk memindahkan pasukan penjaga perdamaian keluar dari “jalur bahaya”, dengan mengeklaim Hizbullah menggunakan UNIFIL sebagai “perisai manusia”.
UNIFIL telah menolak untuk meninggalkan posisi mereka. (*)