Badung, Suarabali.com– Pakar sistem keamanan siber dari Oxford University, Andrew Martin mengingatkan agar pemangku kebijakan Indonesia waspada menjaga keseimbangan antara kecanggihan yang ditawarkan internet of things (IoT) dengan bahaya pemanfaatan IoT sebagai senjata oleh para hacker tak bertanggung jawab.
“Kita harus bisa berada di tengah. Para pemangku kebijakan harus menyiapkan rekayasa teknis dan kebijakan yang tepat di tengah pergerakan global yang menuju kolektivitas untuk menyenangkan semua pihak”, kata Andrew Martin usai menyampaikan pidato kuncinya di Code Bali 2017, Kuta, Badung Bali. Selasa (27/09/2017)
Rekayasa yang dimaksud ditujukan untuk mengamankan secara teknis semua infrastruktur kritis miliki Indonesia agar tidak mudah menjadi sasaran serangan siber.
Untuk menghadapi kondisi terkini, Andrew juga menyarankan Indonesia harus segera memiliki lebih banyak pakar keamanan siber agar dapat mendesain solusi yang lebih baik.
“Kita juga butuh para pakar yang tepat dalam memilih teknologi terbaik dan yang paling aman. Keamanan adalah tanggung jawab banyak pihak, bahkan tanggung jawab tiap-tiap individu warga negara,” jelasnya
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Sunaryo menyampaikan, pemerintah fokus mengamankan sistem pertahanan nasional.
“Kemenhan, Kemenkominfo dan berbagai pihak terus merumuskan upaya terbaik menghadapi ancaman ini. Kami coba pagari dengan membuat peraturan-peraturan yang mengikuti perkembangan teknologi,” ucapnya.
Sunaryo juga mengilustrasikan ancaman bahaya yang dapat terjadi jika pihak-pihak yang berniat jahat bisa masuk ke sistem pertahanan melalui pintu IoT.
“Bahaya itu, semua jadi susah, kita enggak bisa bergerak. Sistem persenjataan kita tak bisa digunakan, pesawat tempur kita tak bisa terbang,” ujarnya.
Ketua Tim Respons Indonesia untuk ancaman keamanan siber (ID-SIRTII), Rudi Lumanto menekankan pentingnya keberlangsungan even edukasi dan berbagi pengalaman para pakar dunia yang dapat meningkatkan kemampuan sumber daya manusia Indonesia di bidang keamanan siber.
“Kami berharap ajang Code Bali yang menyajikan konferensi dan workshop internasional dan sudah berjalan tiga tahun terakhir ini dapat terus berlanjut di masa yang akan datang,” ujarnya.
Lumanto juga berharap, ajang kompetisi hacker nasional Cyber Jawara yang sudah berlangsung enam kali terus didukung pemerintah di tahun-tahun mendatang khususnya saat Badan Siber Nasional nanti telah resmi beroperasi.(Mkf)