Ubud, suarabali.com – Pada hari Rabu (25/10) malam, bertempat di Puri Saren Ubud, Ubud Writers & Readers Festival 2017 resmi dimulai untuk yang ke-14 kalinya.
Salah satu perayaan sastra dan seni terbesar di Asia Tenggara ini membawa 160 lebih pembicara yang datang dari 30 lebih negara di seluruh dunia untuk berkumpul di pusat seni dan budaya Pulau Bali, Ubud.
Malam Gala Opening dibuka oleh tarian Sekar Jagat, sebuah tarian selamat datang tradisional Bali yang diciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem di tahun 1993.
Tarian yang ditarikan oleh tujuh perempuan muda ini membuat para tamu undangan – yang kebanyakan datang di Bali untuk pertama kalinya, terpesona oleh indahnya liukan serta kostum para penari. Para tamu undangan sendiri terdiri dari penulis, jurnalis, seniman, duta besar, perwakilan pemerintahan, media, serta hotel.
“Dengan semua yang telah terjadi satu bulan belakangan, berada di sini, malam ini, bersama Anda semua, adalah suatu kehormatan dan ini adalah sesuatu yang pantas dirayakan.” ujar Janet DeNeefe, Founder & Director UWRF, dalam pidatonya.
Janet merujuk pada keadaan Pulau Bali saat ini yang tengah dirundung resah oleh aktivitas Gunung Agung yang masih dalam status Awas namun tidak menghentikan kedatangan para penikmat Festival dari seluruh dunia.
Puncak acara malam Gala Opening adalah saat legenda hidup sastra Indonesia, NH. Dini, menerima penghargaan Lifetime Achievement Award. Sebuah penghargaan bergengsi dari UWRF bagi para tokoh sastra Indonesia yang telah berkiprah selama puluhan tahun dan sukses memajukan dunia sastra Indonesia.
Penghargaan tersebut terakhir diberikan kepada Almarhum sastrawan, Sitor Situmorang di tahun 2010.
NH. Dini naik ke atas panggung ditemani oleh puteranya, Pierre Coffin, sutradara dan animator film box office ‘Despicable Me’ dan ‘Minions’.
Saat menerima penghargaan yang diberikan oleh Janet DeNeefe, NH. Dini berujar, “Saya sangat bahagia bisa mendapatkan penghargaan ini, karena sebelumnya penerima penghargaan ini adalah Alm. Sitor Situmorang, seorang senior yang saya hormati. Saya telah berkiprah di dunia sastra selama puluhan tahun dan merasa sangat terhormat saya masih diingat hingga saat ini.”
Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau yang lebih dikenal dengan nama NH Dini lahir di Semarang pada tanggal 29 Februari 1936.
Beberapa karya NH Dini yang terkenal adalah Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975) atau Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1998), dan masih banyak lagi karya lainnya dalam bentuk kumpulan cerpen, novel, atau cerita kenangan.
NH Dini juga disebut sebagai penulis feminis yang terus memperjuangkan kesetaraan jender. Terlepas dari apa pendapat orang lain, ia mengatakan bahwa ia akan marah bila mendapati ketidakadilan khususnya ketidak adilan jender yang sering kali merugikan kaum perempuan. Dalam karyanya yang berjudul Dari Parangakik ke Kamboja (2003), ia mengangkat kisah tentang bagaimana perilaku seorang suami terhadap isterinya.
Hingga kini, ia telah menulis lebih dari 20 buku. Kebanyakan di antara novel-novelnya itu bercerita tentang wanita. Banyak orang berpendapat bahwa ia menceritakan dirinya sendiri. Akan tetapi terlepas dari semua penilaian itu, karya NH Dini adalah karya yang banyak dikagumi, buku-bukunya banyak dibaca kalangan cendekiawan dan jadi bahan pembicaraan sebagai karya sastra.
“Hadirnya NH. Dini, seorang legenda hidup dunia sastra Indonesia, di UWRF adalah suatu hal yang sangat membanggakan bagi kami. Tidak ada orang Indonesia yang tidak mengenal NH. Dini dan saya harap makin banyak juga pembaca internasional yang mengenal beliau, dan tahu betapa luar biasanya penulis-penulis Indonesia.” ucap Janet DeNeefe saat memberikan penghargaan tersebut di atas panggung Gala Opening.
UWRF adalah sebuah perayaan sastra dan seni berkelas dunia yang membawa 160 lebih figur-figur mengagumkan dari 30 negara di seluruh dunia yang akan tampil di atas satu panggung.
Mereka semua akan bergiliran tampil di 72 sesi-sesi diskusi yang menarik tajuk dari tema UWRF tahun ini, yaitu Origins atau Asal Muasal dalam bahasa Indonesia. Dari tanggal 25-29 Oktober mereka akan berbagi kisah, ide, dan inspirasi. Sesi-sesi panel diskusi berlokasi di venue utama, yaitu Taman Baca, Indus Restaurant, dan NEKA Museum.
Selain itu juga akan ada 100 lebih program lainnya seperti workshop, Special Event, pemutaran film, panggung musik, pembacaan puisi, program pengembangan karir di Emerging Voices, dan masih banyak lagi.