Australia, suarabali.com – Pyongyang telah mengancam Australia dengan “neraka perang” kecuali jika negara kepulauan tersebut meninggalkan loyalitasnya dengan sekutu AS.
Namun Canberra mengatakan bahwa pihaknya tidak akan “takut” dengan ancaman dan akan terus melakukan segalanya untuk “melindungi dan membantu” sekutu-sekutunya.
“Jika Australia terus mengekor pada Amerika Serikat dalam menjatuhkan tekanan militer, ekonomi dan diplomatik kepada RDRK [Republik Demokratik Rakyat Korea] meskipun ada peringatan berulang, mereka tidak akan dapat menghindari serangan kami,” KCNA Korea Utara mengancam pada hari Sabtu dengan mengutip seorang juru bicara untuk Kementerian Luar Negeri.
Menekankan bahwa Korea Utara menganggap “keterlibatan Australia” sama dengan tindakan Washington yang “bermusuhan” terhadap Republik Rakyat Demokratik Korea Utara (DPRK), Kementerian tersebut menuduh Canberra “dengan giat bergabung melakukan provokasi politik dan militer bersama AS.”
Pernyataan tersebut secara khusus mengecam dukungan Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop atas kebijakan AS, yang rupanya diunjukan saat berkunjung ke desa perbatasan Panmunjom Korsel pada 11 Oktober dengan Menteri Pertahanan Aus, Marise Payne.
Desa ini terletak di utara perbatasan de facto antara Korea Utara dan Selatan di Zona Demiliterisasi (DMZ).
Didepan pers di sana, Menlu Aus Julie mendesak Pyongyang untuk meninggalkan program uji coba senjata nuklir dan misilnya, sambil meminta masyarakat diplomatik untuk meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara.
Pyongyang percaya bahwa Australia juga siap membantu AS dan sekutu-sekutunya secara militer. Mengingat penempatan sekitar 1.250 Marinir AS ke Darwin, di ujung utara Australia, pada bulan April untuk penempatan enam bulan, Korea Utara mengklaim bahwa pasukan Australia berlatih untuk “pendaratan amphibi” di Korea Utara.
Selain itu, Australia akan segera memulai proses melengkapi armada angkatan lautnya dengan sistem pertahanan rudal untuk melawan roket Korea Utara.
Di bawah strategi pembuatan kapal pemerintah saat ini, Canberra menginvestasikan AU $ 89 miliar (US $ 70 miliar) untuk memproduksi 12 kapal selam baru, 12 kapal patroli lepas pantai dan sembilan kapal tanker baru, yang akan dilengkapi dengan sistem manajemen tempur Lockheed Martin Aegis. (Hsg)