Suasana kemacetan di Bali.
DENPASAR, suarabali.co.id – Kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, ke Bali selama libur Nataru 2025 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini diakui langsung oleh Wayan Putra Yasa, seorang driver pariwisata freelance asal Bangli, yang merasakan dampak tersebut secara langsung.
Tidak hanya penurunan jumlah wisatawan, para turis juga mengeluhkan kondisi Bali saat ini, terutama terkait kemacetan dan masalah sampah. Wayan Putra Yasa menyebutkan bahwa pada libur Nataru kali ini, wisatawan mancanegara sedikit lesu. Meskipun dirinya masih mendapatkan tamu dari Australia, ia menyatakan bahwa banyak teman-temannya sesama driver yang tidak mendapatkan tamu sama sekali, sehingga mereka terpaksa berdiam diri.
“Biasanya Nataru pasti ramai, tapi sekarang sepi. Saya syukurlah masih dapat tamu, tapi tidak sebanyak tahun lalu. Teman-teman saya yang lain bahkan tidak dapat tamu sama sekali,” ungkap Putra Yasa saat dihubungi pada Jumat (3/1/2025).
Menurutnya, setelah pandemi COVID-19, Bali sempat ramai dikunjungi wisatawan, dengan banyak turis datang sejak November 2024. Namun, kali ini situasinya berbeda. Meskipun tidak benar-benar sepi, kunjungan turis terasa lesu dibandingkan tahun lalu.
Selain penurunan jumlah pengunjung, banyak turis yang mengeluhkan kondisi Bali yang semakin buruk. Salah satunya adalah masalah kemacetan parah. Putra Yasa menceritakan pengalamannya saat mengantarkan tamu dari Bandara Ngurah Rai menuju Seminyak pada libur Natal. Waktu tempuh yang biasanya hanya 1,5 hingga 2 jam, kali ini mencapai 3 jam akibat kemacetan parah. Para tamu pun mengeluh dan bahkan ada yang menyatakan tidak akan kembali ke Bali karena masalah kemacetan tersebut.
“Tamu yang saya antar bahkan bilang tidak mau datang lagi ke Bali karena macet. Selain itu, mereka juga mengeluhkan banyaknya sampah di sepanjang jalan,” kata Putra Yasa.
Tidak hanya itu, Putra Yasa juga mengungkapkan bahwa banyak wisatawan mancanegara yang kini lebih memilih destinasi lain seperti Thailand dan Vietnam. Ia mengatakan bahwa tamunya yang memiliki agen perjalanan di Australia mengungkapkan bahwa banyak turis yang lebih memilih berlibur ke Thailand atau Vietnam dibandingkan Bali.
Kondisi ini semakin diperburuk oleh pemberitaan negatif mengenai Bali sebagai destinasi wisata pada tahun 2025. Isu ini tentu memberikan dampak pada citra pariwisata Bali di mata wisatawan.
Putra Yasa pun berharap agar pemerintah, khususnya Gubernur Bali yang akan dilantik, dapat segera menangani masalah kemacetan yang semakin parah. Selain itu, ia juga berharap agar pembangunan villa, restoran, dan hotel di Bali bisa dihentikan untuk mengurangi kesan Bali yang semakin penuh dengan bangunan.