Jakarta, suarabali.com – Bank Indonesia (BI) mengumpulkan 580 wartawan dari 34 provinsi di Indonesia. Ratusan wartawan itu berkumpul di Grand Sahid Jaya Hotel Jakarta selama dua hari mulai tanggal 20-22 November 2017.
Pelatihan selama dua hari tersebut dibuka langsung oleh Asisten Gubernur BI Dyah Nastiti. Beberapa narasumber lainnya seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Yoga Affandi, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Iskandar Simorangkir, Pengamat Ekonomi Samuel Sekuritas Lana Soelistyoningsih.
Asisten Gubernur BI Dyah Nastiti dalam sambutan pembukaan menjelaskan, ratusan wartawan yang mengikuti pelatihan selama dua hari ini berjumlah 580 orang. Mereka terdiri dari wartawan cetak 180 orang, Radio 130 orang, online 223 orang, dan sisanya berasal dari wartwan televisi.
Dyah mengatakan, wartawan di Indonesia sangat penting dalam mengkomunikasikan kebijakan moneter kepada masyarakat umum. Hal ini penting karena warga Indonesia saat ini usianya semakin tahun, semakin hari semakin muda. Saat ini rata-rata usia orang Indonesia di bawah 28 tahun.
“Rata-rata 65 persen usia orang Indonesia berada di bawah 30 tahun. Dan jumlah ini masuk dalam era digital natives atau masyarakat digital,” ujarnya.
Ia melanjutkan, di Amerika misalnya, akibat era digital, masyakatnya semakin cerdas, sekalipun nilai akademisnya, nila pendidikannya semakin turun. Fenomena ini sudah melanda Indonesia saat ini.
Ciri dari digital natives ini salah satunya adalah multi tasking, serba bisa. Mereka menjadi generasi yang serba cepat, singkat, pendek. Mereka tidak suka bertele-bertele. Beberapa universitas terkemuka di Indonesia pernah melakukan survei terhadap warga yang usianya di bawah 20 tahun, mereka ini biasanya baru masuk kuliah di semester-semester awal.
“Salah satu kejadian kebakaran pabrik kembang api di Jakarta barat beberapa waktu lalu, kemudian ditanyakan di kelas saat kuliah. Kejadian itu sudah terjadi sekitar 2 hari. Kemudian para mahasiswa itu ditanya, apakah anda tahu soal kebakaran pabrik kembang api itu. Dan semuanya menjawab tidak tahu. Pada berita itu sudah terjadi dua hari. Lalu ditanya juga kenapa tidak baca koran, tidak nonton televisi. Lalu dijawab, kami hanya membaca online today,” ujarnya.
Ternyata membuat berita yang benar itu sangat penting karena berhubungan dengan generasi digital tersebut. Mereka sukanya membaca online today. Mereka lebih suka membaca gambar.
Sementara tulisan yang bertele-tele kurang disukai. Rata-rata sehari mereka menggunakan internet di laptop, HP, dan sebagainya sebanyak kurang lebih 3 jam 44 menit atau hampir 4 jam. Generasi ini tidurnya rata-rata hanya 7 jam.
Kata kuncinya dari generasi ini adalah pendek, memiliki hyperlink, punya opini sendiri, dan semuanya harus serba cepat. Mereka lebih suka baca gambar sekitar 25 detik, dari pada baca satu paragraf yang hanya 6 detik. Artinya, ketimbang mereka baca satu paragraf sebanyak 6 detik dan rata 24 gambar atau 24 ribu kata. Itulah sebabnya, perlu disajikan berita dan gambar yang menarik untuk diminati generasi digital natives.(Ade)