Karangasem, suarabali.com – Kapolres Karangasem AKBP I Wayah Gede Ardana mengaku jika hingga saat ini masih ada saja warga yang nekat memasuki zona merah dengan melewati jalur tikus.
“Kami sudah menjaga di seluruh pintu masuk yang mengarah ke zona bahaya. Di setiap zona pintu masuk sudah ada petugas. Namun kami akui masih ada saja warga yang masuk melalui jalur lain sehingga mereka sudah berada di kampung halamannya untuk sekedar urusan ternah, pertanian dan sebagainya,” ujarnya Jumat (1/12).
Menurutnya, petugas malah baru mengetahui ketika sudah sore harinya banyak warga yang mau balik ke pengungsian dan saat ditanya petugas mereka mengatakan hanya mampir memberi makanan hewan. Petugas tidak segan-segan untuk menahan atau memerintahkan untuk pulang bila warga melalui jalur resmi.
Sekarang petugas akan memperketat pengamanan di perbatasan zona merah. Menurut Kapolres, pengamanan sudah dilakukan secara masksimal. Tiap pintu masuk ke beberapa desa di wilayah dari 22 desa saat ini sudah dipasangi portal. Saat ini ada 14 portal yang dijaga petugas. Portal ini juga berfungsi untuk melakukan evakuasi secara cepat dan aman.
“Saat ini tiap portal dijaga oleh aparat dari Polri, TNI, Sat Pol PP, dan juga unsur terkait lainnya. Beberapa portal juga melibat warga setempat untuk melakukan identifikasi secara tepat karena mereka lah yang mengenali warganya. Kalau tidak ada keperluan yang mendesak kami minta untuk tidak berada di zona bahaya sesuai petunjuk BPBD dan PVMBG,” ujarnya.
Biasanya mereka kembali ke rumahnya waktu siang hari, dan sore harinya kembali ke pengungsian. Akibat masih banyaknya warga yang terobos ke zona bahaya, Kapolres berencana akan mengevaluasi keberadaan portal pembatas, apakah akan menambah titik portal, mengubah penempatan portal dan sebagainya.
“Kami juga harus mempertimbangkan keamanan dan keselamatan petugas bila akhirnya Gunung Agung meletus. Makanya kami minta agar warga bisa kooperatif untuk tidak melewati zona bahaya bila tidak ada hal yang mendesak,” ujarnya.
Pantauan media ini di Desa Sebudi, Desa Sogra diketahui masih banyak warga keluar masuk ke kebun dan rumahnya. Bahkan, bukan hanya warga asli yang masuk zona bahaya tetapi banyak warga asing yang masuk zona bahaya untuk foto-foto. Banyak juga warga lokal dari Denpasar, Badung, yang naik ke gunung hanya untuk melihat lahar lumpur dan melihat dari dekat semburan abu vulkanik.
“Kami dari Denpasar, datang hanya mau lihat seperti apa lahar lumpur seperti yang tersebar di FB dan medsos lainnya. Kami juga mau lihat semburan asap dari dekat katanya ada bentukan makluk menyerupai kera dan sebagainya,” ujarnya. (Ade/Tjg)