• Home
  • Indeks Berita
  • Ketentuan
  • Ketua PWI Pusat Ingatkan Media Massa Pentingnya Jaga Kebhinekaan   Jelang Pilkada 2024
  • Kode Etik
  • Redaksi
  • Terms of Service
Jumat, 4 Juli 2025
  • Login
Suara Bali
Advertisement
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up
No Result
View All Result
Suara Bali
No Result
View All Result
Home Ekonomi

Sapi Bali Menjadi Ternak Unggulan di Sulsel

Made Hanjarwadi by Made Hanjarwadi
September 8, 2017
in Ekonomi
0
Sapi Bali Menjadi Ternak Unggulan di Sulsel

Ketua Komisi IV Nyoman Parta berharap Pemerintah Daerah Bali lebih serius memerhatikan pengembangan dan pengelolaan Sapi Bali

0
SHARES
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WhatsApp

DENPASAR, SUARABALI.COM – Ketua Komisi IV Nyoman Parta belum lama ini berkunjung ke Sulawesi Selatan (Sulsel) untuk mengamati pengembangan sapi Bali di Sulsel. Ia mengatakan animo masyarakat Sulsel beternak dan mengonsumsi daging sapi Bali sangat tinggi. Hal ini karena kualitas Sapi Bali tanpa tanduk sangat baik.

“Tingginya animo masyarakat Sulsel terhadap Sapi Bali, baik untuk diternak maupun untuk dikosumsi menyebabkan dana APBN dan ABBD Sulsel untuk bidang peternakan banyak dialokasikan untuk pengadaan bibit sapi Bali,” katanya di Denpasar, Selasa (29/8).

Related posts

KCIC Berikan Diskon 20 Persen Pengguna Kereta Cepat Whoos, Pemesanan Bisa Lewat WA

KCIC Berikan Diskon 20 Persen Pengguna Kereta Cepat Whoos, Pemesanan Bisa Lewat WA

Januari 7, 2025
Prabowo Umumkan Kenaikan Upah Minimum 6,5%: Kesejahteraan Buruh Sangat Penting

Prabowo Umumkan Kenaikan Upah Minimum 6,5%: Kesejahteraan Buruh Sangat Penting

November 30, 2024

Mengutip data yang dibeberkan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulsel, H Abdul Azis, Parta menyebutkan terdapat 1.367.000 lebih Sapi di Sulsel, 85 persen di antaranya merupakan sapi Bali. Sisanya adalah hasil persilangan Sapi Bali dengan Sapi limosin, sapi Brahman dan sapi Brangus.

“Namun, menurut Adul Azis, hasil  persilangan tetap tidak menguntungkan. Pertama harga sapinya terlalu mahal, tidak terjangkau pembeli, bahan pakan lebih banyak karena sapi persilangan tidak bisa cari makan sendiri, dan krakasnya kecil hanya 42 persen. Sedangkan sapi Bali cara pemeliharaannya mudah, dagingnya digemari masyarakat Sulsel dan krakasnya besar 58 persen. Bertitik tolak dari pengalaman itu, pemerintah Sulsel sekarang membuat keputusan menjadikan kabupaten Bone dan kabupaten Baru sebagai pusat pemurnian sapi ras Bali,” ungkap Parta.

Parta, yang juga Ketua Pansus Ranperda Pengelolaan Sapi Bali ini mengatakan, Pemerintah Sulsel sangat melindungi Sapi Bali. Kecintaan terhadap sapi Bali juga ditunjukkan oleh Universitas Hasanudin (Unhas) dengan membuat berbagai penelitian.

“Penelitian dari Unhas yang sudah berhasil adalah membuat sapi ras Bali tapi tanpa tanduk. Di Sulsel disebut sapi Gundul. Unhas juga sedang melakukan penelitian bagaimana membuat daging sapi Bali agar lembut seperti daging sapi Wagio Jepang,” ujar Parta.

Ia menambahkan, perhatian pihak swasta dan pengusaha di Sulsel juga sangat baik untuk pengembangan Sapi Bali. Mereka mau menjadi orangtua angkat terhadap kelompok-kelompok yang baru berkembang.

Bakal calon bupati Gianyar dari PDIP ini memberi apresiasi yang tinggi kepada Pemerintah, swasta dan kampus yang yang memberi perhatian besar pada pengembangan sapi Bali.

“Selaku Ketua Komisi IV DPRD Bali yang membidangi masalah kesejahteraan rakyat, dan sekaligus sebagai Ketua Pansus Sapi Bali, saya angkat topi dengan perhatian pemerintah dan kalangan kampus dan swasta di Sulsel. Saya  berharap di Bali terjadi hal yang sama,” ujar Parta.

 

Parta berharap Pemerintah Daerah Bali lebih serius memerhatikan pengembangan dan pengelolaan Sapi Bali. Ia meminta Universitas Udayana (Unud) melakukan penelitian terhadap Sapi Bali sebagaimana yang dilakukan Unhas. Ia sangat menyayangkan kebutuhan daging sapi untuk hotel dan restoran di Bali justru diimpor, karena daging sapi kalah kualitas.

“Ada ribuan hotel dan restoran di Bali yang setiap tahun menghabiskan daging sampai 600 ton. Kenapa semuanya diimpor. Unud harusnya mengikuti langkah Unhas agar membuat daging sapi Bali menjadi lembut dan empuk,” tegas Parta. (Ade)

 

Previous Post

Kejagung RI dan Singapura Sepakat Kerja sama Berantas Korupsi

Next Post

KKP Targetkan 31,3 Juta Ton Produksi Perikanan

Next Post
KKP Targetkan 31,3 Juta Ton Produksi Perikanan

KKP Targetkan 31,3 Juta Ton Produksi Perikanan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru

Lomba Ogoh-Ogoh Kabupaten Badung 2025: “Bhandana Bhuhkala Festival” Resmi Berakhir

Lomba Ogoh-Ogoh Kabupaten Badung 2025: “Bhandana Bhuhkala Festival” Resmi Berakhir

4 bulan ago
ASDP Gilimanuk Siapkan 54 Kapal Penumpang Hadapi Arus Mudik Lebaran 

ASDP Gilimanuk Siapkan 54 Kapal Penumpang Hadapi Arus Mudik Lebaran 

4 bulan ago
Penyeludupan Enam Ekor Penyu Hijau Berhasil Digagalkan

Penyeludupan Enam Ekor Penyu Hijau Berhasil Digagalkan

4 bulan ago
IC Consultant Bali Gelar Edukasi Pajak untuk Pengusaha

IC Consultant Bali Gelar Edukasi Pajak untuk Pengusaha

4 bulan ago
Suara Bali

© 2023 PT Suara Bali Media - All Right Reserved

  • Redaksi
  • Ketentuan
  • Kode Etik

No Result
View All Result
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up

© 2023 PT Suara Bali Media - All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In