• Home
  • Indeks Berita
  • Ketentuan
  • Ketua PWI Pusat Ingatkan Media Massa Pentingnya Jaga Kebhinekaan   Jelang Pilkada 2024
  • Kode Etik
  • Redaksi
  • Terms of Service
Senin, 30 Juni 2025
  • Login
Suara Bali
Advertisement
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up
No Result
View All Result
Suara Bali
No Result
View All Result
Home Nasional

Waspadai Penyakit Menular Difteri Menyerang Anak-Anak

by
Desember 4, 2017
in Nasional
0
Waspadai Penyakit Menular Difteri Menyerang Anak-Anak

Imunisasi pada anak. (Ist)

0
SHARES
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WhatsApp

Jakarta, suarabali.com – Masyarakat diimbau mewaspadai penyakit menular difteri yang disebabkan kuman corynebacterium diptheriae. Difteri dapat menyerang orang yang tidak mempunyai kekebalan, terutama anak-anak.

Difteri menimbulkan gejala dan tanda berupa demam yang tidak begitu tinggi, 38º celcius, munculnya pseudomembran atau selaput di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan yang mudah berdarah jika dilepaskan, sakit waktu menelan, kadang-kadang disertai pembesaran kelenjar getah bening leher dan pembengakan jaringan lunak leher yang disebut bullneck. Adakalanya juga disertai sesak napas dan suara mengorok.

Related posts

Presiden Prabowo Instruksikan Menteri Terkait Jaga Stabilitas Harga Bahan Pangan Jelang Ramadhan

Presiden Prabowo Instruksikan Menteri Terkait Jaga Stabilitas Harga Bahan Pangan Jelang Ramadhan

Februari 28, 2025
Hukuman Mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Diperberat Jadi 13 Tahun dalam Kasus Korupsi Gas LPG

Hukuman Mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Diperberat Jadi 13 Tahun dalam Kasus Korupsi Gas LPG

Februari 28, 2025

Hingga November 2017, berdasarkan Data Kementerian Kesehatan, ada 95 kabupaten dan kota di 20 provinsi melaporkan kasus difteri. Sementara kurun waktu Oktober – November 2017, ada 11 provinsi yang melaporkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di wilayah kabupaten dan kota di Sumatera Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Untuk mengantisipasi peningkatan kasus difteri, masyarakat diminta memeriksakan status imunisasi putra-putrinya untuk mengetahui apakah status imunisasinya sudah lengkap sesuai jadwal. “Jika belum lengkap, agar dilengkapi”, kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Oscar Primadi, Senin (4/12/2017).

Masyarakat juga dimbau menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Gunakan masker bila sedang batuk. Segeralah berobat ke pelayanan kesehatan terdekat jika ada anggota keluarga yang mengalami demam disertai nyeri menelan, terutama jika didapatkan selaput putih keabuan di tenggorokan.

“Masyarakat perlu mendukung dan bersikap kooperatif jika di tempat tinggalnya diadakan ORI (Outbreak Response Immunization) oleh Dinas Kesehatan setempat,” kata Oscar.

Cegah Difteri dengan Imunisasi

Pencegahan utama difteri adalah dengan imunisasi. Indonesia telah melaksanakan program imunisasi – termasuk imunisasi difteri – sejak lebih lima dasawarsa. Ada tiga jenis vaksin untuk imunisasi difteri, yaitu vaksin DPT-HB-Hib, vaksin DT, dan vaksin Td yang diberikan pada usia berbeda.

Imunisasi difteri diberikan melalui imunisasi dasar pada bayi (di bawah 1 tahun) sebanyak tiga dosis vaksin DPT-HB-Hib dengan jarak sebulan. Selanjutnya, diberikan imunisasi lanjutan (booster) pada anak umur 18 bulan sebanyak satu dosis vaksin DPT-HB-Hib.

Pada anak sekolah tingkat dasar kelas 1 diberikan satu dosis vaksin DT. Lalu, pada murid kelas 2 SD diberikan satu dosis vaksin Td, dan pada murid kelas 5 SD diberikan satu dosis vaksin Td.

Keberhasilan pencegahan difteri dengan imunisasi sangat ditentukan oleh cakupan imunisasi, yaitu minimal 95 persen.

Munculnya KLB Difteri terkait dengan adanya immunity gap, yaitu kesenjangan atau kekosongan kekebalan di kalangan penduduk di suatu daerah. Kekosongan kekebalan ini terjadi akibat adanya akumulasi kelompok yang rentan terhadap difteri. Sebab, kelompok ini tidak mendapat imunisasi atau tidak lengkap imunisasinya. Akhir-akhir ini, di beberapa daerah di Indonesia, muncul penolakan terhadap imunisasi.

“Penolakan ini merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi yang tinggi dan kualitas layanan imunisasi yang baik sangat menentukan keberhasilan pencegahan berbagai penyakit menular, termasuk difteri”, ungkap Oscar. (sir)

 

Previous Post

Bank Dunia – IMF Akan Bertemu di Bali, Aparat Waspadai Ancaman Terorisme

Next Post

Marsekal Hadi Tjahjanto Calon Panglima TNI Gantikan Gatot Nurmantyo

Next Post
Marsekal Hadi Tjahjanto Calon Panglima TNI Gantikan Gatot Nurmantyo

Marsekal Hadi Tjahjanto Calon Panglima TNI Gantikan Gatot Nurmantyo

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru

Lomba Ogoh-Ogoh Kabupaten Badung 2025: “Bhandana Bhuhkala Festival” Resmi Berakhir

Lomba Ogoh-Ogoh Kabupaten Badung 2025: “Bhandana Bhuhkala Festival” Resmi Berakhir

4 bulan ago
ASDP Gilimanuk Siapkan 54 Kapal Penumpang Hadapi Arus Mudik Lebaran 

ASDP Gilimanuk Siapkan 54 Kapal Penumpang Hadapi Arus Mudik Lebaran 

4 bulan ago
Penyeludupan Enam Ekor Penyu Hijau Berhasil Digagalkan

Penyeludupan Enam Ekor Penyu Hijau Berhasil Digagalkan

4 bulan ago
IC Consultant Bali Gelar Edukasi Pajak untuk Pengusaha

IC Consultant Bali Gelar Edukasi Pajak untuk Pengusaha

4 bulan ago
Suara Bali

© 2023 PT Suara Bali Media - All Right Reserved

  • Redaksi
  • Ketentuan
  • Kode Etik

No Result
View All Result
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up

© 2023 PT Suara Bali Media - All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In