Subak di Desa Bengkel, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali menjadi salah satu bagian Ecohydrology Demonstration Site (EDS) Unesco.
Tabanan, suarabali co.id – Unesco tetapakn Subak di Desa Bengkel, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali menjadi salah satu bagian Ecohydrology Demonstration Site (EDS)
Predikat ini raih karena menerapkan teknologi pertanian yang diresmikan pada Kamis 23 Mei 2024, atas pengakuan internasional dari UNESCO pada 15 September 2023 lalu.
Bupati Tabanan, Komang Gede Sanjaya mengatakan, bahwa subak merupakan salah satu kearifan lokal Bali.
Yang berfungsi sebagai mekanisme irigasi pertanian. Dan itu telah ada sejak ribuan tahun lalu.
Kini, subak bengkel diakui oleh UNESCO sebagai situs warisan budaya dunia yang wajib dilestarikan.
Dan menjadi salah satu contoh nyata bagaimana tradisi ini terus dipertahankan dan diapresiasi.
Ini merupakan wujud komitmen dalam memajukan sektor pertanian di Kabupaten Tabanan,” ucapnya, Kamis 23 Mei 2024.
Sanjaya mengatakan subak bengkel memiliki lahan pertanian seluas 335 hektare, dan sekitar 163 hektare sebagai “demonstration site” telah memberikan kontribusi produksi padi organik dengan varietas mentik susu dengan produktivitas sebesar 8 ton per hektare hektare.
Untuk itu, sambung Sanjaya, pihaknya kedepan Demonstration Site yang telah dilaksanakan di Subak Bengkel sebagai rekognisi internasional, bukan hanya sebagai lokasi pengembangan dan pemeliharaan air.
Akan tetapi juga menjadi pusat pengkajian pelestarian budaya subak, pelestarian ekologi dan penerapan teknologi ramah lingkungan untuk menghasilkan pangan yang berkualitas.
“Jadi besar harapan kami dengan keberadaan subak bengkel mampu memberikan pangan berkualitas,” tegasnya. dikutip dari tribunbali.com.
Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Profesor Doktor Nazaruddin Malik mengatakan, bahwa salah satu program unggulannya dari UMM yakni center of Excellence bersama dengan penasehat dari UNESCO.
Yakni membuat ‘Subak Water System’ di Desa bengkel.
Alasannya, ialah karena Tabanan dikenal sebagai lumbung padi. Tidak hanya di Bali, tapi juga secara nasional.
Dengan demikian, adalah bagaimana menjaga lingkungan air yang baik dengan sistem tata kelola berbasis subak, kemudian diintrodusir menggunakan teknologi.
“Mudah-mudahan dapat menjadi pelajaran serta menarik minat masyarakat khususnya anak muda. Mau menjadi pelopor membangun tanah Indonesia dengan kembali ke gaya lokal kita. Yang kokoh dan luhung sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas sektor pertanian kita agar produktivitasnya meningkat lebih baik,” paparnya.
Sementara itu, Chief of Section for Capacity Development and Water Family Coordination, UNESCO Rahmah Ellfithri mengatakan, bahwa subak bengkel menjadi salah satu Ecohydrology Demonstration Sites Unesco karena kinerja berbagai pihak. Baik pemerintah dan UMM yang memberikan dukungan saintifik.
“Kami sangat berterimkasih atas kerjasama antara Pemerintah Tabanan dan UMM,” ungkapnya. (*)