Jakarta, suarabali.com – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menetapkan wisata kuliner sebagai salah satu produk pariwisata unggulan dan paling mudah didorong untuk melangkah cepat go international. Industri jasa ini telah didukung infrastruktur yang memadai, antara lain, memiliki national food dan destinasi wisata kuliner, serta banyak pelaku bisnis kuliner yang sudah menyebar ke mancanegara atau menjadi restoran diaspora Indonesia.
Dalam upaya mendorong industri kuliner Indonesia agar cepat go international, Kemenpar menetapkan program quick wins. Di antaranya, menetapkan Ubud Bali sebagai destinasi gastronomi berstandar UNWTO dan mem-branding 100 restoran diaspora Indonesia yang tersebar di mancanegara.
“Salah satu tugas utama kita adalah menetapkan standar agar industri kuliner kita cepat berkembang dan dapat bersaing di pasar global,” kata Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Pariwisata (Deputi BPIKP) Kemenpar Rizky Handayani Mustafa dalam acara Ngabuburit Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) dengan Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Pariwisata (BPIKP) di Restoran Bunga Rampai, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (23/5/2018).
Deputi BPIKP Kemenpar Rizky Handayani Mustafa didampingi para Asdep di Kedeputian BPIKP serta Kepala Biro Komunikasi Publik Guntur Sakti pada acara tersebut, memberikan kesempatan kepada narasumber, yaitu Ketua Tim Percepatan dan Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja Kemenpar Vita Datau Messakh dan Manajer Proyek Pasar Papringan di Dusun Ngadiprono, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah (Jateng) Fransisca Callista dari Komunitas Mata Air untuk berbagi kisah sukses dalam mengembangkan kuliner tradisional.
Vita Datau Messakh mengatakan, Kemenpar memilih Ubud, Gianyar Bali menjadi destinasi pertama UNWTO Gastronomy Destination Prototype dan merupakan strategi marketing yang tepat. Upaya mem-branding Ubud agar mendunia gencar dilakukan, di antaranya pada pertemuan International Gastronomy Forum yang akan berlangsung di Bangkok, Thailand pada 30 Mei hingga 1 Juni 2018 mendatang.
“UNWTO merupakan endorser terbaik di dunia untuk bidang pariwisata. Masyarakat dunia akan cepat tahu bahwa Indonesia mempunyai Ubud sebagai destinasi gastronomi kelas dunia berstandar UNWTO,” kata Vita Datau Messakh.
Upaya lain dalam mempercepat kuliner Indonesia go international adalah mem-branding 100 restoran diaspora Indonesia yang ada di mancanegara, di antaranya dengan menggelar Indonesia Gastronomy Months, yang akan berlangsung 27 September hingga 27 Oktober 2018. Pada event tersebut akan ditampilkan 5 macam kuliner sebagai indentitas atau national food Indonesia yakni; rendang, soto, nasi goreng, sate dan gado-gado. Sedangkan media CNN memilih rendang, nasi goreng, dan sate sebagai makanan terlezat di dunia.
“Sebelum kita melakukan Indonesia Gastronomy Months, kita akan melakukan Summit Restaurant Diaspora Indonesia di Jakarta terlebih dahulu. Sebanyak 100 restoran diaspora Indonesia siap berpartisipasi dan akan menyajikan national food,” kata Vita Datau Messakh.
Rizky Handayani Mustafa mengatakan, salah satu tugas dan fungsi Deputi BPIKP adalah memfasilitas masyarakat (komunitas) untuk mengembangkan diri di bidang pariwisata, seperti yang dilakukan Komunitas Mata Air yang dipimpin Fransisca Callista dalam merevitalisasi desa dengan menggembangkan kuliner tradisional serta industri kreatifnya melalui Pasar Papringan, di Dusun Ngadiprono Desa Ngadimulyo Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Saat ini Kemenpar baru menetapkan sebanyak 5 destinasi wisata kuliner unggulan yakni; Bali, Bandung, dan Joglosemar (Jogja, Solo, dan Semarang). “Ke depan diharapkan banyak muncul kreativitas masyarakat desa dalam mengembangkan pasar kuliner khas daerah,” kata Rizky seraya mengatakan, pasar kuliner di desa akan memperkuat suatu daerah menjadi destinasi kuliner unggulan.
Seperti diketahui pemerintah telah menetapkan pariwisata sebagai leading sektor dengan proyeksi devisa yang dihasilkan pada tahun ini sebesar US$ 20 miliar atau setara Rp 223 trilun dari kedatangan 17 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan pergerakan 270 juta wisatawan nusantara (wisman) di Tanah Air. Perolehan devisa tersebut 30% di antaranya adalah pengeluaran wisatawan untuk kuliner. (*/Sir)