DENPASAR, suarabali.co.id –Fang Sheng atau Satwa Mocana mengawali rangkaian Waisak di Vihara Paramita Bali, Desa Pemecutan Kaja, Denpasar. Kegiatan menjaga keseimbangan ekosistem itu digelar pada Jumat (17/5/2024).
Upacara ini melepas hewan, seperti tukik, burung, dan ikan, yang bertujuan untuk membebaskan hewan-hewan ke habitat asalnya.
“Agar tidak punah,” kata Wakil Vihara Paramita Bali, Agus Jaya.
Umat Buddha mendoakan hewan-hewan sebelum dilepaskan ke alam. Harapannya, mereka mendapat pancaran cahaya suci dari para Buddha, Bodhisattva, dan Dharmapala agar terbebaskan dari penderitaan dan kelak terlahir di alam bahagia.
Lalu, kegiatan berlanjut dengan memandikan rupang Buddha pada Sabtu 18 Mei 2024 yang dipimpin oleh acarya atau biksu. Maknanya, pembersihan segala karma buruk atau karma wasana. Selanjutnya ada upacara puja api homa dengan Yidam Sakyamuni Buddha dipimpin oleh Acarya pada 19 Mei 2024.
Dia menjelaskan upacara ini mengandung makna penyeberangan para arwah leluhur, roh hewan dan lainnya, serta mengandung makna pemberkahan bagi orang hidup seperti mendoakan sanak keluarga agar mendapatkan, kemakmuran, kesehatan, dan keharmonisan.
Pemimpin upacara atau acarya, memohon kekuatan dari para Buddha, Bodhisattva, dan Dharmapala mengabulkan permohonan dari peserta upacara yang mendaftarkan diri dalam prosesi upacara itu.
“Penutup dari rangkaian upacara tersebut, kami akan melaksanakan baksos berupa pembagian paket sembako berupa beras ke panti Asuhan, panti jompo serta masyarakat yang membutuhkan di sekitar Vihara,” ujarnya.
Untuk diketahui, Vihara Paramita Bali memiliki anggota kurang lebih 50 orang. Mereka merupakan aliran Agama Buddha Tantrayana Satya Buddha. Pihaknya merayakan Waisak sesuai yang ditetapkan pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag). Namun, tidak ada acara puja bakti pada Kamis 23 Mei 2024.

DENPASAR, Suarabali.co.id