Suarabali.com – Dimasa lalu pengunjung ke pulau Bali cenderung berasal dari Hong Kong, Taiwan dan bagian lain Asia. Wisatawan Cina daratan nyaris tidak terlihat.
Namun mulai sekitar tahun 2010, jumlah pengunjung dari Cina daratan mengalahkan mereka yang masuk dari Taiwan untuk pertama kalinya. Dari sana mereka tumbuh dengan cepat, berlipat ganda dalam empat tahun dan kemudian dua kali lipat dua tahun setelah itu.
Bahkan ketika cerita erupsi Gunung Agung membuat turis engan kemari, justru wisatawan dari daratan Cina membuat industri pariwisata Bali bernapas, yang diperkirakan terdiri dari sekitar 80 persen perekonomian disini.
Sebelum gunung Agung bergolak pada bulan September, jumlah kunjungan dari Cina melonjak, mencapai 1 juta selama delapan bulan pertama tahun ini. Mereka mungkin mencapai 1,5 juta pada akhir tahun.
Kedatangan turis Australia juga melonjak 18 persen tahun lalu menjadi 1,1 juta, namun angka wisman Cina tumbuh lebih cepat, dengan kedatangan melonjak 43 persen menjadi 986.000.
Pekan ini, Asosiasi Hotel dan Restoran Indonesia mengatakan 7000 turis asing membatalkan atau menunda rencana untuk mengunjungi Bali pada bulan Oktober dan November karena adanya laporan tentang kemungkinan erupsi gunung.
Pariwisata Cina ke Bali merupakan elemen penting ambisi Presiden Joko Widodo untuk menggandakan jumlah kedatangan ke Indonesia menjadi 20 juta pada tahun 2020. Pemerintah memperkirakan bahwa separuh bisa berasal dari wisman Cina.
Sekitar 250 juta dari 1,4 miliar orang Cina memiliki paspor dan sarana untuk bepergian. Turis Cina, yang cenderung bepergian berkelompok dan menuju ke pantai, biasanya tinggal lima malam dan menghabiskan US $ 1.300 pada liburan mereka, tidak termasuk tiket pesawat.
“Orang-orang Cina menyukai air dan kita memilikinya, kami juga memiliki spa, pusat perbelanjaan, restoran. Tidak ada alasan bagi kami untuk tidak menjadi favorit wisatawan Cina,” ujar I Ketut Ardana, ketua umum Asosiasi Tur dan Agen Perjalanan Indonesia kepada media SCMP
Jokowi telah memperluas daftar negara bebas visa untuk Indonesia – termasuk Cina – untuk memungkinkan akses lebih cepat dan mudah bagi wisatawan, dan telah menggenjot upaya pemasaran negara tersebut kepada calon pengunjung.
Bandara internasional Bali, yang direnovasi pada tahun 2014, diperluas lagi, pada waktunya untuk pertemuan tahun depan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia.
Upaya ini berpengaruh. Selama delapan bulan pertama tahun ini, hampir 8 juta pengunjung datang ke Indonesia, sekitar 25 persen meningkat dari periode yang sama tahun lalu.
Pariwisata menyumbang US $ 17 miliar untuk ekonomi Indonesia dan langsung mempekerjakan 6,7 juta orang, menurut World Travel and Tourism Council. (Hsg/ SCMP)