Jakarta, suarabali.com – Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek menghadiri acara pengukuhan Prof. Dr. Lucky Herawati, SKM, M.Sc. sebagai Guru Besar bidang Ilmu Pendidikan Kesehatan Masyarakat Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan.
Menkes mengatakan Poltekkes tidak hanya bertugas menjadi perguruan tinggi yang melaksanakan pendidikan kesehatan, tetapi dituntut mampu meningkatkan inovasi dan meningkatkan daya saing dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa.
“Melalui inovasi, Poltekkes harus mampu meningkatkan daya saing dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,” kata Nila Moeloek di Jakarta, Kamis (8/2/2018).
Keberhasilan dalam mencetak tenaga kesehatan ditentukan banyak faktor. Salah satu faktor terpenting adalah ketersediaan dosen yang kompeten dan profesional. Dosen tersebut dituntut memiliki kemampuan akademik yang tinggi.
Selain itu, harus memiliki kemampuan manajemen dan keterampilan yang mumpuni, dan komitmen diri terhadap tanggung jawab yang diemban. Kemampuan yang dimiliki tersebut akan berpengaruh terhadap tercapainya tujuan pendidikan.
“Dengan demikian, akan menghasilkan lulusan yang berkualitas, mempunyai etika tinggi, dan siap di lapangan kerja,” kata Menkes Nila.
Peningkatkan kemampuan tenaga kesehatan menjadi tantangan tersendiri, karena hal tersebut harus didorong oleh dosen yang mampu mentransformasikan ilmu pengetahuannya. Untuk itu, pengembangan karier dosen yang didasari oleh sertifikasi pendidik (dosen), pengembangan kompetensi profesional (studi lanjut), kenaikan jabatan akademik (pangkat), dan pengembangan karya ilmiah (penelitian/publikasi ilmiah).
Menkes Nila mengajak semua pihak untuk bekerja sama dalam melaksanakan pembangunan kesehatan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.
“Untuk itu, Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo telah meluncurkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat atau disingkat dengan GERMAS yang bertujuan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup,” kata Prof. Lucky.
Pelaksanaan Germas, menurutnya, harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian dari masyarakat terkecil yang membentuk kepribadian, dari proses pembelajaran hingga menuju kemandirian.
Selain itu, kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh lingkungan, perilaku, akses pelayanan kesehatan, dan penyakit bawaan. Salah satu aspek pola perilaku yang tidak sehat adalah perilaku merokok yang berdampak pada kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Biaya kesehatan dan pengobatan negara terbebani akibat perilaku merokok. Menkes Nila Menambahkan, Parent Educator yang dikembangkan oleh Prof. Lucky merupakan salah satu model rekayasa Pendidikan Kesehatan Masyarakat yang dapat diterapkan untuk memberdayakan keluarga.
“Tujuan mengendalikan perilaku merokok pada remaja dan akan berkontribusi pada penurunan pengeluaran dana pelayanan kesehatan,” tambah Nila.
Di sisi lain, diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, di antaranya akademisi, kepala daerah, pelaku usaha, atau organisasi masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab bersama.
“Kementerian Kesehatan mengapresiasi tenaga pendidik, dalam hal ini dosen, yang mengintegrasikan program pemerintah dalam Tridharma Perguruan Tinggi. Sehingga, para lulusan Poltekkes Kemenkes siap bekerja dan memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan beretika untuk mendukung program-program prioritas tersebut,” ujar Nila. (Sir)