Lombok, suarabali.com – Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto bersama pembudidaya rumput laut penerima bantuan alih profesi eks-penangkap benih lobster melakukan panen rumput laut di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), belum lama ini.
Kegiatan ini menandai dimulainya panen rumput laut yang dilakukan secara bertahap dan akan mencapai puncaknya (panen raya) pada awal Januari 2018.
Slamet mengatakan panen ini merupakan bukti nyata keberhasilan program alih profesi bagi eks-penangkap benih lobster yang saat ini menjadi salah satu program unggulan KKP, sekaligus sebagai upaya mendorong peningkatan produksi rumput laut nasional.
Kebehasilan ini menambah optimisme usaha budidaya menjadi salah satu solusi paling efektif bagi peningkatan ekonomi dan menjadi mata pencaharian yang menguntungkan, ramah lingkungan, dan berkelanjutan bagi masyarakat eks-penangkap benih lobster.
Program ini, menurut Slamet, tidak hanya berdampak tunggal. Selain bertujuan membantu masyarakat eks-penangkap benih lobster secara ekonomi, juga berdampak positif secara ekologi, khususnya sekitar perairan Lombok yang menjadi lokasi berkembangnya benih lobster.
“Bu Susi (Menteri Kelautan dan Perikanan), sejak awal menegaskan bahwa pembangunan perikanan termasuk perikanan budidaya, haruslah dapat memenuhi pilar-pilar kedaulatan, keberlanjutan, dan kesejahteraan. Ketiganya harus berjalan seiring dan bersama-sama. Tidak boleh demi kesejahteraan, maka mengabaikan keberlanjutan usaha, akibat over eksploitasi dalam memanfaatkan sumber daya, pun sebaliknya. Oleh karena itu, usaha budidaya rumput laut bagi masyarakat eks penangkap benih lobster ini tepat secara ekonomi dan ramah secara ekologi,” jelas Slamet.
Pada kesempatan ini, panen difokuskan di lokasi budidaya rumput laut Desa Seriweh dan Ekas, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Berhasil dipanen rumput laut sebanyak 150 ton atau sekitar 25-30 % dari perkiraan panen total.
Panen rumput laut akan dilakukan secara bertahap dan pada saat puncak nanti, setidaknya akan dipanen sebanyak 600 ton rumput laut. Saat ini. pembudidaya menjual rumput laut kering hasil penen seharga Rp16.000 – 17.000 per kilogram. Sehingga, mereka mampu meraup pendapatan Rp10 -15 juta per orang.
Waktu pemeliharaannya pun sangat singkat, hanya 40 hari. Sehingga, dalam 1 tahun bisa dilakukan 5 – 6 kali panen.
Rundah, pembudidaya rumput laut di Desa Seriweh, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dukungan program bagi masyarakat eks-penangkap benih lobster. Melalui usaha budidaya rumput laut ini, dia berharap dapat memiliki pekerjaan yang lebih ramah bagi lingkungan.
Dia menyadari pekerjaannya yang lama cepat atau lambat dapat merusak lingkungan, khususnya penurunan populasi lobster di alam, bahkan menyebabkan kepunahan.
“Kami bersyukur usaha rumput laut bantuan dari KKP ini telah berhasil dipanen. Saya sudah berhasil menjual rumput laut sebanyak 7 kuintal. Harapan saya, setelah dipanen semua bisa dapat 12 – 13 ton basah atau 1,2 -1,3 ton kering. Dengan harga rumput laut kering sekarang sekitar Rp17 ribu, saya berharap dapat hasil paling tidak Rp 22 juta. Saya ingin fokus di usaha ini dan semoga menjadi pekerjaan tetap bagi saya,” ujar Rundah.
Untuk pemasaran hasil panen rumput laut, Rundah mengaku tidak mengalami kesulitan. Rumput laut dalam bentuk kering dipasarkan melalui pengumpul lokal dengan harga yang cukup baik.
Program Alih Profesi
Usaha budidaya rumput laut merupakan bagian dari program alih profesi bagi masyarakat eks penangkap benih lobster yang dilakukan oleh KKP. Secara keseluruhan, ada 2.246 paket berbagai jenis usaha budidaya disalurkan kepada 2.246 rumah tangga perikanan (RTP).
Untuk budidaya rumput laut sebanyak 728 paket, lainnya untuk budidaya ikan bawal bintang 655 paket, budidaya ikan kerapu 580 paket, budidaya bandeng 40 paket, budidaya udang vaname 20 paket, budidaya lele 209 paket, budidaya nila sebanyak 14 paket, serta perahu untuk sarana angkut rumput laut sebanyak 71 unit.
Khusus dukungan dalam bentuk usaha budidaya rumput laut, selain di Kabupaten Lombok Timur, juga tersebar di Kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Barat.
Hingga akhir Desember 2017, di Kabupaten Lombok Timur telah berhasil dipanen rumput laut sebanyak 600 ton, di Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 100 ton, dan di Kabupaten Lombok Barat sebanyak 100 ton.
Dari keseluruhan 728 paket dukungan usaha budidaya rumput laut diharapkan akan diperoleh produksi sebanyak 9.100 ton rumput laut basah atau 910 ton rumput laut kering senilai Rp 15,5 miliar setiap kali musim panen.
Slamet mengatakan, saat ini tidak hanya rumput laut yang mulai panen. Usaha budidaya lainnya seperti ikan lele juga sudah mulai panen, menyusul berikutnya udang vaname, ikan bandeng dan nila. Harga yang berlaku di pasar pun cukup baik.
“Pemilihan usaha budidaya oleh masyarakat eks-penangkap benih lobster sepenuhnya diserahkan pada mereka. Silakan mereka yang memilih dan kami yang memfasilitasi. Alhamdulillah saat ini sudah mulai panen, setelah rumput laut segera menyusul ikan lele yang akan panen, berikutnya udang, bandeng, nila dan komoditas lainnya. Dengan panen ini, masyarakat sudah merasakan dampak positif program ini,” terang Slamet.
Slamet juga menegaskan harga yang cukup baik di pasaran seperti harga rumput laut, menunjukkan bantuan-bantun KKP tidaklah membuat harga komoditas hasil budidaya menjadi turun.
“Pendapat yang menyatakan bantuan-bantuan untuk usaha budidaya menyebabkan harga ikan hasil budidaya menjadi turun hanya didasari kekhawatiran. Buktinya, harga rumput laut sangat baik, harga komoditas lain seperti lele pun tetap stabil,” tutup Slamet. (Sir)