Filipina, suarabali.com – Pada hari kedua kunjungannya di Filipina, Presiden Joko Widodo (Jokowi), Senin (13/11) pagi, menghadiri Upacara Pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-31 ASEAN, yang digelar di Philippines International Convention Center (PICC), Manila.
Upacara pembukaan KTT ke-31 ASEAN ini selain dihadiri oleh para pemimpin negara-negara ASEAN, juga dihadiri oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, PM Jepang Shinzo Abe, PM India Narendra Modi, PM Kanada Justin Trudeau, PM Tiongkok Li Keqiang, PM Rusia Dmitry Medvedev, PM Selandia Baru Jacinda Ardern, dan Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-In.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan keprihatinannya atas terjadinya krisis kemanusiaan di Rakhine State, Myanmar. Ia mengingatkan, ASEAN tidak dapat berdiam diri atas terjadinya krisis tersebut, karena krisis ini tidak saja menjadi perhatian negara-negara anggota ASEAN namun juga dunia.
“Kita harus bergerak bersama. Myanmar tidak boleh tinggal. ASEAN juga tidak boleh tinggal diam,” kata Presiden Jokowi saat berbicara pada Pleno KTT ke-31 ASEAN yang diselenggarakan di Philippines International Convention Center (PICC), Manila, Filipina, Senin (13/11) siang.
Untuk mengatasi krisis kemanusiaan ini harus ada kepercayaan dan solidaritas di antara negara-negara anggota ASEAN. Semakin lama masalah ini dibiarkan maka akan berdampak pada keamanan dan stabilitas kawasan termasuk munculnya radikalisme dan perdagangan manusia.
Indonesia sendiri, menurut Presiden Jokowi, telah turut membantu mengatasi krisis kemanusiaan tersebut dengan berkontribusi memberikan bantuan kemanusiaan. Indonesia bahkan telah menyampaikan usulan formula 4+1 untuk Rakhine, termasuk mendukung implementasi rekomendasi mantan Sekjen PBB Kofi Annan.
Presiden menegaskan, Indonesia juga mencatat pidato “Report to the People” dari State Counsellor Myanmar, Aung San Suu Kyi. Presiden mengharapkan agar tiga butir dalam pidato tersebut, yaitu: patriasi dan bantuan kemanusiaan; pemukiman kembali dan rehabilitasi; dan pembangunan dan kedamaian dalam jangka panjang dapat diimplementasikan.
Presiden Jokowi juga berharap agar The ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on disaster management (AHA Centre) dapat diberikan akses secara penuh untuk dapat membantu. Ia meyakini, kegiatan AHA Centre di Myanmar akan baik bagi Myanmar dan bagi ASEAN.
Di akhir pidatonya, Presiden menegaskan sekali lagi bahwa krisis kemanusiaan di Rakhine State perlu segera diselesaikan, dan akan baik jika ASEAN menjadi bagian penyelesaian masalah. (Setkab RI)