Karangasem, suarabali.com – Secara kegempaan Gunung Agung saat ini sudah menurun, pada Jumat 20 Oktober 2017 kegempaan Gunung Agung terjadi 234 kali gempa. Sebelumnya pada Kamis 19 Oktober 2017 dalam satu hari terjadi 966 kali gempa. Dan pada Rabu 18 Oktober 2017 terjadi 1.047 kali gempa.
Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana dan Geologi, Kasbani mengatakan, pada level III aktivitas kegempa Gunung Agung pada 18 Oktober 2017 itu hanya sekitar 300 kali gempa, kemudian sejak ditetapkannya menjadi awas kegempaan terus meningkat mencapai 700an kali gempa.
“Penurunan status gunung tidak hanya dilihat dari kegempaan saja, tetapi juga didukung dengan data-data lainnya,”katanya Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana dan Geologi, Kasbani di Pos Pantau Gunung Agung, Rendang, Karangasem, Sabtu (21/10/2017).
Dia menjelaskan, bahwa status Gunung Agung menjadi awas atau berada dilevel IV sudah satu bulan. Dalam satu bulan ini sudah terjadi 25.000 kali gempa.
Kegempaan Gunung Agung saat ini sangat fluktuatif, meski beberapa hari ini cenderung menurun namun belum mempengaruhi status Gunung Agung.
Dia mengaku banyak pertanyaan-pertanyaan kapan Gunung Agung akan meletus. Kapan status Gunung Agung akan turun.
“Yang membuat status gunung diturunkan gunung itu sendiri,”paparnya.
Dia menjelaskan, kegempaan yang turun tidak menjadi patokan gunung itu tidak akan meletus.
“Gunung Merapi pada saat meletus dulu itu secara kegempaan juga meletus. Kegempaan yang menurun tidak bisa menjadi patokan gunung itu tidak meletus,”ungkapnya.
Pihaknya menegaskan, bahwa status Gunung Agung masih awas. “Statusnya masih awas berada dilevel IV,”terangnya.
Dia menjelaskan, secara rekomendasi masyarakat di sekitar Gunung Agung agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di dalam area kawah Gunung Agung dan di seluruh area di dalam radius 9 km dari Kawah Puncak G. Agung dan ditambah perluasan sektoral ke arah Utara-Timurlaut dan Tenggara-Selatan-Barat daya sejauh 12 km. (Dsd)