Denpasar, suarabali.com – Sebanyak 66 negara siap mengikuti konferensi tingkat dunia bertajuk the 28th International Scout and Guide Fellowship (ISGF) World Conference yang diadakan di Hotel Inna Bali Beach, Sanur, Bali, mulai tanggal 9 – 14 Oktober 2017.
Konferensi akan menggemakan perdamaian Deklarasi Bali. ” Upaya itu untuk ikut turut serta menjaga perdamian dunia sesuai dengan visi misi Pandu Dunia, Baden Powell,” ujar Ketua ISGF, Mida Rodrigues di Denpasar, kemaren.
Rodrigues menegaskan, ISGF merupakan organisasi tingkat dunia yang menaungi berbagai organisasi sejenis di banyak negara. ISGF juga menjadi wadah bagi mereka yang pernah aktif di kepanduan dan masih tetap ingin hidup berdasarkan prinsip dan nilai-nilai kepanduan.
“Sejumlah prinsip dan nilai-nilai kepanduan itu antara lain selalu bersungguh-sungguh menjalankan kewajiban terhadap Tuhan sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya, setia kepada negara, selalu siap menolong sesama hidup, ikut serta membangun masyarakat, dan selalu berusaha untuk hidup sehat secara jasmani dan rohani, serta bersikap moral yang positif,” jelasnya.
Selain mereka yang pernah aktif atau masih tetap aktif di kepanduan, anggotanya adalah juga orang dewasa yang mencintai gerakan pendidikan kepanduan dan siap ikut berperan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat luas.
ISGF berdiri di Luzern, Switzerland, pada 25 Oktober 1953. Sampai 1996, organisasi itu bernama the International Fellowship of Fomer Scouts and Guides (IFOFSAG). Baru kemudian diubah menjadi ISGF.
“Momentum ini diharapkan mampu mewujudkan gagasan dalam memajukan peradaban manusia dari para tokoh-tokoh pandu yang sudah berpengalaman di bidang masing-masing,” harap Rodrigues
ISGF memberikan apresiasi atas keberhasilan Indonesia menjadi tuan rumah. Konferensi tingkat dunia tersebut diputuskan dalam konferensi sedunia ke-27 ISGF yang diadakan di Australia pada 2014
Sementara itu, Ketua Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada), Prof. Haryono Suyono menambahkan, organisasi ini merupakan wadah berkumpulnya para tokoh pramuka baik aktif maupun tidak, termasuk dari masyarakat umum yang mendukung penuh kegiatan kepanduan.
Dijelaskannya dalam sejarah kepanduan di Indonesia, sejak 1961 seluruh organisasi gerakan kepanduan yang tadinya berjumlah banyak dihimpun dalam satu wadah bernama Gerakan Pramuka.
Beberapa tokoh Pandu yang tidak bergabung dalam Gerakan Pramuka, mulai memunculkan ide untuk membentuk wadah tersendiri pada akhir 1960-an.
Namun masih membutuhkan beberapa tahun lagi, sehingga usulan itu mengerucut dan melalui pimpinan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, akhirnya resmi dibentuk Himpunan Pandu Wreda (Hiprada).
Pembentukan itu dikukuhkan melalui Keputusan Kwartir Nasional bernomor 075/KN/1975 tertanggal 22 Juli 1975.
Belakangan, penamaan organisasi diubah menjadi Himpunan Pandu dan Pramuka Wreda (Hipprada), karena banyak pula mereka yang pernah aktif di Gerakan Pramuka namun tidak mengalami masa di kepanduan sebelum 1961, ikut bergabung.
Sekarang, Hipprada terbuka untuk mereka yang berusia di atas 25 tahun, baik yang pernah maupun tidak menjadi Pandu atau Pramuka.
“Kami selalu siap untuk mendukung kegiatan kepramukaan jika dibutuhkan, tidak ada unsur paksaan, namun para anggota Hipprada agar selalu aktif mengabdikan dirinya kepada masyarakat,” ujarnya.
Agenda konferensi tingkat dunia di Bali kali ini antara lain akan membahas kandidat-kandidat negara yang bakal diterima sebagai anggota penuh ISGF. Ada lima negara yang diusulkan menjadi anggota penuh, yaitu Nepal, Qatar, Turki, Uni Emirat Arab, dan Zambia.
Konferensi juga akan membahas rencana tindak lanjut organisasi tersebut untuk masa bakti 2017-2020, dan sejumlah pembahasan untuk lebih meningkatkan peran dan partisipasi ISGF.(mkf)