Denpasar, suaraba;i.com – Ilalang merupakan sejenis rumput liar yang lebih sering menjadi gulma untuk lahan-lahan pertanian yang hidup bebas ditanah yang subur. Menjadi gulma sering menyebabkan petani menjadi resah terhadap kehadiran rumput yang satu ini.
Hal ini nampak berbeda dengan petani di Bali tepatnya di daerah Tegallalang. Mereka justru berbahagia dengan kehadiran rumput ilalang ini, yang menjadikannya sebagai anugerah yang mampu mendatangkan uang sampai ratusan juta rupiah.
Kepala Seksi Tumbuhan Karantina Denpasar, Irsan Nuhantoro mengatakan, rumput ilalang menjadi anugerah, karena ilalang ini sangat banyak diminati wisatawan asing yang datang ke Bali.
“Mereka tertarik dengan style rumah-rumah ataupun villa di Bali yang menggunakan ilalang sebagai atapnya. Mengadopsi gaya rumah atau villa di Bali ini, Australia rutin melakukan permintaan pengiriman ilalang ke negaranya,” ujar Irsan, di Denpasar Senin (16/10/2017).
Irsan menyebutkan, sebanyak 140 meter kubik ilalang senilai Rp 270 juta yang dikemas dalam 3 kontainer diperiksa oleh POPT karantina Denpasar, Komang Eny Delinayawati, SP yang dilanjutkan dengan diberikan tindakan fumigasi ETO (Etyhylene Oxide).
Menurut Irsan, penggunaan ETO sebagai pemenuhan persyaratan ekspor ke Australia terhadap komoditas berupa produk furniture dan tanaman mati. Tujuannya adalah untuk membebaskan ilalang dari serangga, cendawan maupun mikroorganisme lainnya yang ada dalamnya. Selain itu ETO dipersyaratkan untuk produk ilalang karena dapat merusak daya tumbuh tanaman.
“Untuk jenis fumigasi ETO ini baru bisa dilaksanakan di karantina Denpasar dan Surabaya saja. Hebatnya, ekspor ilalang ini dalam sebulan ada sekitar 12 kontainer yang dinominalkan mencapai milyaran rupiah,” ujarnya.(Tjg)