Karangasem, suarabali.com – Hasil pengamatan terakhir di Pos Pantau Gunung Agung Rendang menunjukan, kepulan abu terus membumbung dari puncak kawah dan sesekali terdapat lontaran material lainnya. Kepala Bidang Mitigasi Bencana Gunung Agung I Gede Suantika mengatakan, lontaran api itu memang belum besar tetapi terjadi secara konstan dan terus menerus.
“Ini menandakan bahwa tahapan atau fase letusan magmatik sudah sangat dekat. Makanya kami meminta agar masyarakat yang berada di radius 8 kilometer dan perluasan sektoral sejauh 10 kilometer sesuai peta rawan bencana agar segera dikosongkan. Ini penting karena demi keselamatan dan kenyamanan warga,” ujarnya Kamis (30/11).
Selain tampak nyala api di puncak kawah, terjadi gempa akibat pergerakan magma secara terus menerus karena magma sudah sangat dekat ke arah kawah. Ia mengaku sudah melaporkan kondisi terkini Gunung Agung kepada pemerintah dan stakeholder terkait untuk segera melakukan langkah-langkah evakuasi warga.
Kepala BPBD Bali Dewa Indera menjelaskan, pihaknya sudah siap dengan segala risiko yang terjadi. Pihaknya akan mengupayakan untuk meminimalisir risiko bahaya letusan gunung terutama keselamatan warga.
Saat ini BPBD, Tagana, Basarnas sudah siaga terutama di 6 pos penting yakni di Kecamatan Rendang, Kecamatan Selat, Desa Les Kecamatan Tejakula Buleleng, di Pos Jasri Abang, Pos Tanah Ampo dan ada 2 orang yang siap-siaga di Pos Ngurah Rai untuk operasional peralatan utama.
“Kami mendapatkan laporan, jika semua tim sudah siap selama 24 jam di posnya masing-masing. Semua unsur dilibatkan mulai dari TNI, Polri, Basarnas, Tagana, dan berbagai relawan lainnya. Semuanya sudah siap di posnya masing-masing,” ujarnya.
Untuk sementara ini masing-masing pos menyiapkan peralatan yang sewaktu-waktu bisa dimobilisasi secara cepat seperti mobil ambulance, truk pengangkut barang dan orang, dan berbagai peralatan komunikasi lainnya. Selain itu beberapa posko menuju jalur merah atau zona bahaya saat ini sudah dijaga aparat terkait agar tidak dengan mudah warga memasuki zona merah.
“Hal ini penting karena masih saja ada warga yang menyelinap masuk ke kawasan berbahaya atau zona merah, dengan alasan yang sangat sederhana seperti masih ada ternak belum diberi makan, urusan kebun dan sebagainya. Kita memaklumi hal itu, tetapi kita juga tidak bisa membiarkan begitu saja karena ini soal keselamatan. Seringkali petugas di pos jaga harus berbicara keras namun tetap humanis,” ujarnya. (Ade/Tjg)