Amerika, suarabali.com – Saat bencana alam seperti tsunami atau gempa menyapu satu kota, maka dipastikan terjadi kelumpuhan komunikasi. Salah satunya adalah terputusnya ratusan ribu telpon ponsel akibat tumbangnya puluhan menara BTS GSM didarat.
Untuk mengatasi kondisi darurat ini, perusahaan telekomunikasi AT&T menyediakan drone yang mampu diubah menjadi BTS terbang disebut “Flying COW”. Arti COW disana bukan sapi, tapi “Cell On Wing”.
Drone ini dapat menyediakan layanan mode suara, data dan teks dalam radius hampir sejauh 2km persegi. Cukup lumayan mengkover area kerusakan bencana alam disebuah kota.
Drone Flying COW ini dioperasikan diwilayah bencana di Peurto Rico untuk membantu saraana komunikasi didaratan. Komunikasi diperlukan untuk petugas SAR, medis, aparat dan semua unsur terkait, agar bantuan kemanusiaan keluar masuklancar diwilayah ini.
FCC menyetujui $ 77 juta untuk memperbaiki komunikasi di Puerto Riko dan Kepulauan Virgin AS, sementara Project Loon (sebuah kolaborasi dengan AT & T, Alphabet dan T-Mobile) telah menemukan cara untuk mendapatkan internet dan berjalan melalui balon yang menyediakan koneksi 4G LTE.
Sekarang, AT & T telah mengerahkan helikopter Flying COW (Cell on Wings) untuk sementara menyediakan layanan data, suara dan teks ke Puerto Riko setelah Badai Maria.
AT & T mengklaim bahwa ini adalah pertama kalinya perangkat semacam itu digunakan. Drone Flying COW melayang 200 sampai 400 kaki di atas tanah dan memberikan konektivitas nirkabel di area seluas 40 mil persegi, jarak yang menurut AT & T lebih jauh daripada situs sel darurat lainnya.
Pesawat tak berawak saat ini berada di daerah San Juan di Puerto Riko dan perusahaan tersebut berencana untuk memindahkannya ke berbagai wilayah lainnya, termasuk sebuah rumah sakit militer di Manati Coliseum. (Hsg)