Jalur alternatif ini dikenal sebagai “jalan pintas” bagi warga lokal yang ingin menghindari kemacetan.
Suarabali.co.id – Di selatan Pulau Bali, kawasan wisata Benoa terkenal dengan keindahan pantainya serta deretan hotel berbintang yang lengkap dengan fasilitas pariwisata kelas dunia. Namun, di balik kemewahan ini, terdapat sisi lain yang jarang tersorot publik—sebuah jalur di daerah Kampial yang masih diwarnai aroma sampah dan infrastruktur jalan yang rusak.
Jalur alternatif ini dikenal sebagai “jalan pintas” bagi warga lokal yang ingin menghindari kemacetan di rute utama kawasan pariwisata. Jalur ini umumnya sepi, hanya dilewati oleh beberapa kendaraan saja, dan memiliki kondisi jalan yang memprihatinkan. Warga seperti Putu, yang setiap hari melintasi jalur ini, sudah terbiasa dengan aroma sampah yang kerap menyergap saat melewati area tersebut.
“Walaupun baunya kurang enak, melewati jalan ini memudahkan perjalanan saya sehari-hari. Ini lebih cepat dan bisa menghindari macet,” ujar Putu.
Namun, perubahan mulai tampak di area ini. Beberapa bangunan baru telah berdiri, menandakan adanya pembangunan yang berpotensi mengubah wajah Kampial di masa depan. Meski demikian, masalah sampah dan infrastruktur masih menjadi pekerjaan rumah yang mendesak bagi pemerintah dan pihak terkait untuk mewujudkan lingkungan yang nyaman bagi warga dan wisatawan.
Jalur Kampial yang tidak begitu populer ini menjadi contoh nyata bagaimana pesatnya pembangunan di Bali juga disertai tantangan dalam pengelolaan sampah dan peningkatan kualitas infrastruktur. Baik bagi warga maupun pelancong, ini adalah pengingat bahwa keindahan Bali bukan hanya tentang kemewahan, tetapi juga tentang menjaga lingkungan di setiap sudut pulau. (mahendra)