Vietnam,suarabali.com – Kementerian Perdagangan Genjot Ekspor ke luar negeri. Salah satunya dengan mendukung ajang “Remarkable Indonesia Product Display” di sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC 2017 pada 9-12 November 2017, di Vincom Plaza, Da Nang, Vietnam. Pameran dibuka oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita bersama Wakil Menteri Luar Negeri A.M. Fachir, dan Duta Besar RI untuk Vietnam Ibnu Hadi.
“Pameran ini merupakan upaya untuk memperkenalkan dan mempromosikan produk Indonesia ke
masyarakat Vietnam. Selain itu, acara ini diharapkan dapat menarik komunitas bisnis Vietnam untuk
menjajaki kesempatan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan Indonesia,” jelas Mendag.
Bersinergi dengan KBRI Hanoi, pameran ini diharapkan dapat menggenjot transaksi perdagangan
kedua negara. Menurut Mendag, perdagangan bilateral Indonesia dan Vietnam tumbuh positif dalam enam tahun terakhir. Pada tahun 2010, total perdagangan kedua negara tercatat sebesar USD 3,3 miliar. Pada tahun 2016, meningkat menjadi USD 6,3 miliar.
“Nilai ini masih di bawah target perdagangan yang ditetapkan Kepala Negara kedua negara sebesar
USD 10 miliar di tahun 2018,” jelasnya.
Sebanyak 26 perusahaan Indonesia berpartisipasi dalam pameran ini. Berbagai sektor yang ditampilkan seperti properti, automotif, konveksi, makanan dan minuman, bubur kertas dan kertas, fesyen, dan kerajinan tangan.
Pemerintah, lanjut Mendag, akan mendukung upaya pelaku usaha untuk meningkatkan ekspor dan
menyelesaikan persoalan yang dihadapi dalam era perdagangan bebas masyarakat ekonomi ASEAN.
“Pemerintah akan memberikan perhatian kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk
meningkatkan daya saingnya dan mampu melebarkan sayapnya. Yang disasar bukan hanya
diversifikasi pasar ekspor, tetapi juga diversifikasi produk,” tandasnya.
Upaya Kementerian Perdagangan melebarkan sayap UMKM Indonesia melalui fasilitasi pameran di luar negeri merupakan salah satu bentuk peran pemerintah dalam memasuki pasar dunia. Ekspansi UMKM ke pasar internasional sejalan dengan kerja APEC yang tidak pernah putus dalam hal meningkatkan partisipasi di perdagangan dunia.
Melalui Boracay Action Agenda to Globalize MSME yang disepakati 2 tahun lalu di Filipina, APEC
berupaya membangun peta jalan guna memfasilitasi perdagangan UMKM, termasuk diantaranya
meningkatkan perannya dalam pasar dan jaringan produksi global.
Di sela KTT APEC 2017, Mendag juga melakukan pertemuan bilateral dengan lima negara, yaitu
Selandia Baru, Jepang, Hong Kong, Australia, dan Papua Nugini.
Pertemuan Mendag dan Menteri Perdagangan dan Pertumbuhan Ekspor Selandia Baru, David Parker membahas perkembangan perjanjian perdagangan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA), dan rencana pertemuan Joint Ministerial Commission di awal tahun 2018. Isu lain yang dibahas adalah peluang pasar produk buah tropis asal Indonesia untuk dapat masuk ke pasar Selandia Baru.
Sementara itu dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang, Hiroshige Seko, keduanya membahas perkembangan perjanjian ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP), terutama terkait sengketa investasi agar dapat mencapai penyelesaian yang saling menguntungkan bagi negara-negara anggota.
Selanjutnya dengan Sekretaris Perdagangan dan Pembangunan Ekonomi Hong Kong, Edward Yau TangWah, Mendag membahas finalisasi Free Trade Aggrement, Financial Service, serta peran Hong Kong sebagai hub bagi ekspor produk-produk Indonesia.
Pertemuan Mendag dan Menteri Perdagangan, Pariwisata dan Investasi Australia, Steven Ciobo
membahas perkembangan perjanjian IA-CEPA dan beberapa poin penting yang masih harus
didiskusikan kembali pada pertemuan selanjutnya. Terakhir dengan Menteri Luar Negeri dan
Perdagangan Papua Nugini, Rimbink Pato, Mendag membahas peningkatan perdagangan kedua negara serta permintaan dukungan keketuaan Papua Nugini pada APEC 2018.
Selain itu, Mendag juga melukan pertemuan dengan perusahaan multinasional, yaitu Nike, Jhonson & Jhonson, General Electric (GE). Dengan Nike, Mendag membahas berbagai peluang, informasi, dan masukan terkait perdagangan di Indonesia. Sementara itu Jhonson & Jhonson Asia Tenggara
mengangkat isu sertifikasi halal dan prosedurnya, peluang perdagangan terutama di bidang kesehatan, serta sistem pengadaan barang secara online (E-procurement) di Indonesia. (Kemendag RI)