DENPASAR, suarabali.co.id – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali mengungkapkan tiga sektor potensial yang dapat dikembangkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Bali pada 2025.
“Kami melihat investasi di Bali masih terpusat pada sektor tersier atau jasa. Oleh karena itu, diperlukan diversifikasi ekonomi ke sektor primer,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, dalam seminar penguatan konsumsi dan akselerasi investasi di Denpasar, Selasa (14/1/2025).
Adapun tiga sektor potensial tersebut meliputi pertanian, infrastruktur untuk mendukung konektivitas wilayah, dan ekonomi kreatif berbasis budaya.
Menurut Erwin, ketiga sektor itu diharapkan mampu menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Bali, yang pada triwulan III-2024 mencapai 5,43 persen. Angka ini lebih baik dibandingkan periode yang sama pada 2023, yakni sebesar 5,36 persen.
“Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Bali sepanjang 2024 akan berada di kisaran 5,1–5,8 persen, lebih tinggi dibandingkan proyeksi nasional,” tambahnya.
Sementara itu, outlook pertumbuhan ekonomi Bali pada 2025 diperkirakan stagnan dengan kisaran 5,0–5,8 persen, mirip dengan proyeksi tahun 2024.
Dorong Diversifikasi Investasi
Untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi, BI Bali mendorong agar investasi lebih banyak diarahkan pada tiga sektor potensial tersebut. Diversifikasi diperlukan untuk mengimbangi dominasi investasi di sektor tersier, yang hingga kini masih terpusat pada akomodasi, makan dan minum (pariwisata), serta properti.
Pada 2023, porsi investasi sektor tersier di Bali mencapai 92 persen, dan angka ini diperkirakan meningkat menjadi 97,8 persen pada 2024.
Erwin juga mencatat bahwa investasi di Bali masih terkonsentrasi di wilayah selatan, khususnya Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Gianyar.
“Investasi di Bali bagian selatan mendominasi, sementara enam kabupaten lainnya memiliki investasi yang rata-rata di bawah lima persen,” jelasnya.
BI Bali mencatat, pada 2023, investasi asing di Kabupaten Badung mencapai 55,06 persen, sementara investasi dalam negeri mencapai 39,41 persen. Di Kota Denpasar, investasi dalam negeri tercatat sebesar 37,92 persen dan investasi asing sebesar 13,57 persen. Sementara di Kabupaten Gianyar, investasi asing mencapai 19,08 persen dan investasi dalam negeri sebesar 4,22 persen.
Adapun total nilai investasi di Bali sepanjang 2023 mencapai Rp6,95 triliun untuk investasi dalam negeri, dan 808,49 juta dolar AS untuk investasi asing.
Pemerataan Investasi di Bali
Untuk mendorong pemerataan investasi di Bali bagian utara dan selatan, BI Bali menilai peningkatan aksesibilitas melalui pembangunan jalan raya dan transportasi umum sangat diperlukan.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Bali juga ditopang oleh konsumsi rumah tangga sebesar 52,17 persen, ekspor sebesar 38 persen, dan kinerja sektor akomodasi, makan, dan minum (pariwisata) sebesar 22 persen.
“Diversifikasi sektor investasi dan pemerataan aksesibilitas menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Bali yang berkelanjutan,” pungkas Erwin.