Denpasar, suarabali.com – Para tokoh masyarakat di Bali menghendaki adanya sosok pemberani dan tidak diam di zona nyaman untuk memimpin Bali pada masa mendatang. Menurut mereka, Bali membutuhkan sosok pemimpin yang mampu mengatasi kesenjangan pembangunan.
Para tokoh itu menyampaikan harapan tersebut dalam acara simakrama Gubernur Bali di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Sabtu (26/5/2018).
Selain masyarakat umum, para tokoh yang hadir dalam simakrama tersebut, di antaranya, Ketua FKUB Bali Ida Panglingsir Ageng Putra Sukahet, Ketua GIPI Bali Ida Bagus Partha Adnyana , Akademisi Unud Prof. Dr. Drs. Yohanes Usfunan, SH, M.Hum, tokoh media Nyoman Wirata, dan Ketua Yayasan Swastika I Wayan Nagiarta Negara.
Ketua Yayasan Swastika Nagiarta Negara menyampaikan harapannya agar pemimpin Bali kedepan berpedoman pada tri hita karana. “Lebih dari itu, Bali butuh pemimpin yang inovatif, kreatif, dan berpikir holistik,” katanya.
Sementara Nyoman Wirata berpendapat, sosok pemimpin lima tahun kedepan harus punya komitmen untuk menyeimbangkan pembangunan sektor pertanian dan pariwisata yang menurutnya masih timpang.
“Harus dirancang sebuah sistem dimana hotel punya kewajiban membina petani,” terangnya. Selain itu, Pemimpin Redaksi Bali Post ini berharap pemimpin yang berani dan tak diam di zona nyaman.
Harapan senada diungkapkan Prof. Usfunan. “Seorang pemimpin harus punya nyali, khususnya dalam menegakkan aturan. Kalau ada penyimpangan, sikat saja,” cetusnya.
Dia juga berpesan agar pemimpin Bali kedepan selalu berjalan dalam koridor hukum, dapat menciptakan pemerintahan yang bersih, memperhatikan perlindungan HAM, dan tidak sewenang-wenang.
Sementara Ketua GIPI IB Partha Adnyana menginginkan sosok pemimpin yang berkomitmen membangun pariwisata budaya.
Pada bagian lain, Ketua FKUB Bali Ida Panglingsir Ageng Putra Sukahet berpendapat, pemimpin kedepan harus bisa mewujudkan masyarakat yang rukun, aman, damai, sejahtera dan adil.
“Menurut saya, kepemimpinan Bapak Gubernur Made Mangku Pastika sudah luar biasa. Penggantinya harus lebih cerdas, jujur, bersih dan berkarakter,” tambahnya.
Dia juga berpesan agar gubernur terpilih melepaskan jaket partai dan tidak diskriminatif dalam melaksanakan kebijakan.
Selain menghadirkan lima tokoh, peserta simakrama lainnya juga menyampaikan harapan terkait pemimpin Bali lima tahun kedepan. Ida Bagus Agung dari Jembrana menginginkan sosok pemimpin yang tindakannya selaras dengan pikiran dan perkataan. Sedangkan Jero Penjor dan Marja Abas berharap sosok pemimpin yang menyayangi Bali, cinta NKRI, dan berlaku seperti matahari.
Gubernur Pastika menilai, semua yang disampaikan para tokoh dan peserta simakrama adalah hal yang sangat penting untuk dipedomani oleh pemimpin Bali lima tahun kedepan. Pastika menambahkan, dalam 10 tahun pelaksanaannya, visi Bali Mandara dengan berbagai program unggulan telah meletakkan pondasi yang kokoh bagi pembangunan daerah Bali.
Namun, dia menyadari, masih butuh upaya dan kerja keras untuk mengatasi problem pembangunan seperti kesenjangan antar sektor dan antar wilayah. (*/Sir)