Denpasar, suarabali.com – Paiketan Krama Bali menginisiasi penyelenggaraan Lomba Arjuna Digital 2018. Dalam even ini, ada empat jenis lomba, yaitu blog Hindu era modern, image poster ajaran Hindu, video berupa darmawacana gaul, dan apps testimoni Trisandya.
Lomba tersebut terbuka bagi pelajar SMP, SMA/SMK, mahasiswa, dan pemuda. Batas pengumpulan karya pada 23 Juni 2018 dan pembagian hadiah dilaksanakan pada 15 Juli 2018 bertepatan dengan penutupan pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB).
“Kegiatan itu untuk literasi para generasi muda dan konten yang dihasilkan bisa digunakan guru agama Hindu sebagai bahan ajar di kelas. Kegiatan ini memadukan teknologi, seni serta pembentukan karakter,” kata Ketua Paiketan Krama Bali AA Suryawan Wiranatha pada acara pertemuan Paiketan Krama Bali dengan Guru Agama Hindu SMA/SMK se-Bali dalam rangka Sosialisasi Lomba Arjuna Era Digital di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Selasa (22/5/2018).
Suryawan Wiranatha mengatakan pelaksanaan Lomba Arjuna Digital 2018 tercetus dari pesatnya penggunaan teknologi digital, khususnya di kalangan generasi muda. Sehingga, perlu diarahkan penggunaannya ke arah yang positif.
Di sisi lain, menurut dia, lomba ini menyasar generasi muda untuk menuangkan kreativitasnya, baik dalam bentuk poster, video, dharma wacana, dan lain sebagainya dengan konten agama Hindu di dalamnya. Dengan demikian, pembelajaran agama Hindu akan menjadi menarik dan mudah dipahami.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyambut baik dan mengapresiasi penyelenggaraan lomba Arjuna Digital 2018 yang diinisiasi Paiketan Krama Bali. Gubernur berharap penyelenggaraan lomba ini akan memperkuat pemahaman Hindu, khususnya bagi para generasi muda.
Pastika menyampaikan, penyelengaraan pendidikan Hindu serta peningkatan kualitas sumber daya manusia Hindu akan sangat menentukan eksistensi agama Hindu ke depan.
Pada era globalisasi saat ini, kata Pastika, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai-nilai radikalisme mulai menyebar luas, bahkan mendegradasi nilai-nilai luhur keagamaan. Hal ini berpotensi menyesatkan, tidak hanya bagi umat Hindu, tetapi juga umat manusia di seluruh dunia.
“Di sini peran guru agama Hindu sangat strategis dalam menentukan kualitas sumber daya manusia Hindu, terutama generasi muda Hindu,” imbuhnya.
Untuk itu, Pastika berharap kegiatan tersebut dapat dirancang dan dilaksanakan program-program nyata pemberdayaan umat Hindu, termasuk bagi guru-guru agama Hindu sebagai kaum intelektual, pemegang peran penting bagi peningkatan kualitas generasi muda Hindu.
Patika menambahkan, dalam menghadapi zaman global yang bercirikan ‘3S‘ yaitu speed, surprise, suddenshift, umat Hindu harus dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan mewujudkan kesejahteraan hidup berlandaskan ajaran agama dan ilmu kebijaksanaan. Ajaran agama Hindu dan ilmu harus mampu membuat umat untuk ‘hidup’.
Berbagai bekal hidup juga harus tersedia dan dimiliki umat Hindu. “Untuk itu, penyelengaraan pendidikan yang terintegrasi antara penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pembinaan karakter dan budi pekerti berdasar nilai-nilai Hinduisme, harus mulai dikembangkan,” papar Pastika. (*/Sir)