“Foto bersama saat beliau menjabat sebagai Kasat Brimob Polda Sulsel. Momen penuh kenangan bersama sosok yang selalu bersahabat dan inspiratif.”
Suarabali.co.id – Persahabatan seringkali berawal dari hubungan mutualisme, di mana kedua belah pihak saling menguntungkan. Begitu pula kisah pertemanan saya dengan Brigadir Jenderal Polisi (Purn.) Dr. Drs. Adeni Muhan Daeng Pabali, M.M. Pertemuan kami dimulai pada tahun 2010, saat beliau menjabat sebagai Kasat Brimob di Polda Bangka Belitung, sementara saya adalah wartawan magang di sebuah media lokal. Awalnya, saya ditugaskan untuk mendampingi wartawan senior di sana, dan sebagai pejabat baru, beliau mulai berkenalan dengan para wartawan, termasuk saya, dengan bertukar nomor telepon.
Momen yang paling berkesan terjadi pada suatu malam, ketika telepon saya berdering pada pukul 02.00 WIB. Beliau menelepon, memberi tahu ada kerusuhan antar kampung di Bangka, dan saya segera menuju lokasi. Dalam perjalanan panjang itu, saya merasa ini adalah kesempatan saya untuk membuktikan diri sebagai wartawan. Setibanya di lokasi, kami bertemu, dan beliau mengajak saya minum kopi sambil bercerita. Saya masih ingat jelas kata-katanya, “Semua wartawan lain tidak mengangkat telepon mereka, hanya kamu yang datang di subuh ini.”
Dari situ, hubungan kami semakin dekat. Saya sering mendapatkan informasi penting darinya, yang membantu saya dalam dunia jurnalistik. Berkat dukungannya, beberapa berita saya bahkan menjadi headline, dan saya pun dikenal oleh wartawan senior. Meskipun pangkatnya terus naik, dari Kasat Brimob hingga Brigadir Jenderal, hubungan kami tetap terjaga.
Saat beliau bertugas di Bandung, kami masih sempat bertemu. Bahkan ketika beliau ditugaskan di Poso, kebaikannya pernah menolong saya di tengah sebuah petualangan. Hingga akhirnya, saat beliau bertugas di Sulawesi Selatan, beliau mampir ke rumah kami di Bali. Ketika mendapatkan promosi menjadi jenderal, beliau tidak lupa mengabarkan saya, menunjukkan betapa hangatnya persahabatan kami.
Belakangan ini, kami kembali berkomunikasi. Kini, kesibukannya beralih ke dunia pendidikan. Ia meraih gelar doktor dan menjabat sebagai Koordinator Bidang Kemahasiswaan serta Dosen Administrasi Publik di Universitas Negeri Makassar (UNM). Di tengah kesibukan membawa mahasiswanya ke acara PINMAS, ia masih menyempatkan diri berbagi kabar.
Selama belasan tahun, hubungan kami tetap terjaga. Saya teringat akan salah satu nasihatnya yang sangat menginspirasi. Ia berkata, “Berteman itu tidak harus selalu dekat secara fisik, tapi harus selalu dijaga. Seperti motor baru, jika tidak dirawat, ia hanya akan berdebu di garasi. Begitu juga persahabatan, jika tidak dipelihara, ia akan hilang seperti buih di lautan.”
Kisah ini mengajarkan saya bahwa pertemanan sejati bukanlah tentang jarak atau waktu, melainkan tentang bagaimana kita merawat hubungan tersebut agar tetap tumbuh dan bermakna. (dra)