Sub Direktorat Pengamanan Lingkungan BNPT Setyo Pranowo. (foto: dok BNPT RI).
Kaltara, Suarabali.co.id – Pemuda dan pelajar menjadi target kelompok radikal terorisme dalam menyebarkan ajarannya di kalangan generasi muda.
Selain karena kondisinya yang masih labil, pemuda dan pelajar juga dijadikan regenerasi yang menjanjikan bagi kelompoknya.
Hal ini diungkapkan oleh Sub Direktorat Pengamanan Lingkungan BNPT Setyo Pranowo saat giat “Camping Keberagaman” dalam pencegahan radikal terorisme yang dihadiri 50 guru kelas, guru mata pelajaran dan guru bimbingan dan konseling dari SD/MI, SMP/MTs dan SMA/sekolah sederajat di Kalimantan Utara, Kamis, (06/07/23)
“Ada dua alasan, karena kondisi mereka masih ‘labil’ (masih pencarian identitas diri) juga para pemuda dan pelajar dapat juga dijadikan regenerasi yang menjanjikan untuk terus beroperasinya gerakan kelompok radikal terorisme,” kata Setyo Pranowo
Dijelaskannya, bahwa sekarang ini penyebaran paham radikalisme di kalangan pemuda dan pelajar terus digencarkan kelompok radikal terorisme, terutama melalui media sosial.
“Mencermati kondisi ini, maka dapat dikatakan bahwa pemuda atau pelajar serta media sosial merupakan dua point strategis dalam transformasi paham dan perekrutan anggota kelompok radikal,” ujar dia.
Kelompok paham kekerasan itu, katanya selalu mengincar kelengahan guru, tenaga pengajar, masyarakat dan pemerintah untuk mempengaruhi pemuda atau pelajar dan menguasai media sosial sebagai sarana mereka.
BNPT melalui Direktorat Pencegahan, Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat mengajak para guru dan tenaga pengajar seluruh Indonesia, khususnya Kaltara untuk mewaspadai gerakan ini baik internal di sekolah maupun eksternal di lingkungan warga.
Sementara itu, narasumber dalam acara itu, yakni Sholehuddin, dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Direktur Pusat Kajian Moderasi Beragama menyatakan bahwa peran guru sangat strategis dalam pencegahan radikal terorisme karena peran utama dalam pendidikan agama ternyata bukan dari keluarga tetapi dari guru.
Mengutip dari penelitian BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), 2019 bahwa khusus pendidikan agama para pelajar ternyata bukan mendapat dari keluarga namun dominan mendapatnya dari guru mengaji, yakni mencapai 49,6 persen.
“Untuk pendidikan agama kebanyakan dari guru, padahal jumlah guru yang terpapar paham kekerasan baik masih tingkat intoleransi, ekstremisme hingga radikalisme dan terorisme juga banyak, jadi selain pengaruh dari media sosial, maka para pelajar juga rentan terpapar dari dunia pendidikan,” katanya. (*)
.