Karangasem, suarabali.com – Suasana mencekam dirasakan warga Desa Sebudi, Selat, Karangasem, tadi malam, terutama yang berada di sisi utara lereng Gunung Agung. Mereka yang berada dalam jarak kurang dari 6 kilometer dari puncak gunung itu ketakutan menyaksikan cahaya warna merah api disertai asap kelabu menyembur dari kawah Gunung Agung. Apalagi semburan asap itu disertai suara gemuruh yang terdengar hingga radius 9 kilometer.
I Wayan Andog termasuk warga Dusun Sebudi yang mengungsi ke Banjar Bencingah, Dusun Duda, Kecamatan Selat, Karangasem. Sebelum mengungsi, Andog mengaku mendengar suara gemuruh yang terus-menerus. Saat itu, kata dia, puncak kawah Gunung Agung sudah diselimuti asap pekat.
Sekitar pukul 22.00 WITA, Andog melihat cahaya merah api memancar dari puncah kawah Gunung Agung. “Kalau saja tidak terlihat ada cahaya merah dari puncak Gunung Agung, saya tidak bakalan mengungsi,” ujarnya.
Tak berfikir panjang, Andog segera berkemas. Meski hujan deras turun, dia memutuskan mengungsi dengan menaiki truk milik warga setempat. Andog bersama warga lainnya sempat berkumpul di kantor camat, dan kemudian diarahkan ke Balai Banjar Dusun Bambang Biaung, di sebelah timur kantor Camat Selat.
Namun, karena kondisi Balai Banjar yang banyak bocor, Andog bersama warga lainnya diarahkan ke Balai Banjar Bencingah di Desa Duda. Sampai saat ini, Andog masih bertahan di tempat pengungsian sambil menunggu kondisi Gunung Agung kembali normal.
“Ya, tinggal di sini dulu sampai keadaan tenah. Meski pulang tidak bisa bawa motor, ternak juga tidak ada, hanya punya beberapa ekor ayam dan sudah dilepas kemarin,” katanya.
Di banjar tersebut, ada 238 waga Sebudi yang mengungsi. Mereka terdiri dari 180 orang lansia, 28 anak-anak, 14 balita, dan 16 orang dewasa. (Stw/Sir)