ilustrasi.
Gianyar, suarabali co.id – Dari 64 desa yang ada di Kabupaten Gianyar, Bali, 45 desa diantaranya masuk dalam zona merah kasus rabies.
Terkait hal itu, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Gianyar, mengharapkan semua sektor memberikan perhatian pada kasus ini.
Dilansir tribunbali.com, Berdasarkan data dihimpun di Distanak Gianyar, Jumat 5 Januari 2024, peningkatan jumlah zona merah rabies ini terbilang cukup cepat.
Pada Juni 2023 lalu, kawasan zona merah hanya 27 desa. Namun per Desember 2023, naik menjadi 45 desa atau 70 persen lebih dari total 64 desa se Gianyar.
Dari total tersebut, dua desa, yakni Pering dan Saba yang sama-sama berada di Kecamatan Blahbatuh, kini masuk sebagai zona kritis rabies.
Saat ini, Dinas Pertanian dan Peternakan Gianyar terus berupaya menuntaskan persoalan tersebut.
Kepala UPT Keswan 1 Gianyar, I Nyoman Arya Darma membenarkan hal tersebut. Dikarenakan Pering dan Saba masuk zona kritis, sehingga pihaknya akan lebih fokus pada penanganan rabies di dua desa bertetangga tersebut.
“Penanganan rabies kali ini difokuskan di Desa Saba dan Pering, karena kasus rabies di sana terus meluas, sehingga penanganannya harus terpadu,” ujarnya, dikutip dari tribunbali.com.
Arya mengungkapkan, sejauh ini pihaknya cukup kewalahan dalam menangani rabies yang sebagian besar disebabkan oleh anjing di wilayah tersebut.
“Kita tidak bisa sendiri menangani rabies, ini harus melibatkan lintas instansi. Terutama juga warga yang memelihara anjing, supaya betul-betul memperhatikan anjingnya,” jelas Arya Darma.
Adapun lintas sektor yang harusnya terlibat dalam penanganan anjing rabies ini, selain Dinas Kesehatan Gianyar, juga Dinas Pemberdayaan Masyatakat Desa (PMD) Gianyar. Sebab PMD memiliki kewenangan dalam memberikan masukan dan kebijakan ke desa.
“Dinas pertanian menangani anjingnya, Diskes menangani manusianya, PMD menangani penyadaran masyarakatnya,” tandasnya.
Arya Darma mengungkapkan, alasan pihaknya kewalahan adalah selain populasi anjing di Gianyar yang cukup besar, yakni lebih dari 82 ribu ekor.
Pihaknya juga harus bekerja mengatasi penyakit kuku dan mulut pada sapi. “Ini PMK belum selesai, sekarang masih tahap 3, setelah itu vaksinasi PMK tuntas,” ujarnya. (*)