• Home
  • Indeks Berita
  • Ketentuan
  • Ketua PWI Pusat Ingatkan Media Massa Pentingnya Jaga Kebhinekaan   Jelang Pilkada 2024
  • Kode Etik
  • Redaksi
  • Terms of Service
Selasa, 14 Oktober 2025
  • Login
Suara Bali
Advertisement
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up
No Result
View All Result
Suara Bali
No Result
View All Result
Home Nasional

10 Juta Penduduk Indonesia Masih Tinggal di Daerah Endemis Malaria

by
April 24, 2018
in Nasional
0
10 Juta Penduduk Indonesia Masih Tinggal di Daerah Endemis Malaria

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik dr. Elizabeth Jane Soepardi Jane di acara Temu Media Hari Malaria Sedunia di Ruang Pers Naranta, Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin (23/4/2018). (Ist)

0
SHARES
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WhatsApp

Jakarta, suarabali.com – Sebagian besar warga Indonesia telah bermukim di wilayah bebas malaria. Hal itu berkat upaya pemerintah dengan berbagai sektor, di antaranya melalui kerja sama pemerintah dan program-program perecepatan eliminasi malaria.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik dr. Elizabeth Jane Soepardi mengatakan 72 persen penduduk Indonesia tinggal di daerah bebas malaria. Namun, masih terdapat 10,7 juta penduduk yang tinggal di daerah endemis menengah dan tinggi malaria.

Related posts

Presiden Prabowo Instruksikan Menteri Terkait Jaga Stabilitas Harga Bahan Pangan Jelang Ramadhan

Presiden Prabowo Instruksikan Menteri Terkait Jaga Stabilitas Harga Bahan Pangan Jelang Ramadhan

Februari 28, 2025
Hukuman Mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Diperberat Jadi 13 Tahun dalam Kasus Korupsi Gas LPG

Hukuman Mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Diperberat Jadi 13 Tahun dalam Kasus Korupsi Gas LPG

Februari 28, 2025

“Tingkat penularan di kabupaten dan kota di Indonesia sebagian besar sudah rendah, bahkan bebas. Sementara kabupaten dan kota yang tinggi tingkat penularannya berada di kawasan timur Indonesia, yaitu sebanyak 39 kabupaten dan kota,” kata dr. Jane pada Temu Media Hari Malaria Sedunia di Ruang Pers Naranta, Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin (23/4/2018).

Situasi malaria di Indonesia pada 2017, dari jumlah 514 kabupaten dan kota di Indonesia, 266 (52%) di antaranya wilayah bebas malaria, 172 kabupaten dan kota (33%) endemis rendah, 37 kabupaten dan kota (7%) endemis menengah, dan 39 kabupaten dan kota (8%) endemis tinggi.

Sementara itu, target wilayah eliminasi malaria dari tahun ke tahun terus bertambah. Pada 2016 pemerintah berhasil mengeliminasi malaria di 247 kabupaten dan kota, 2017 sebanyak 266 kabupaten dan kota, dan tahun ini ditargetkan 285 kabupaten dan kota.

“Wilayah endemis tinggi malaria tersebut berada di Papua, Papua Barat, dan NTT. Percepatan mencapai bebas malaria perlu dilakukan di provinsi tersebut,” ujar kata dr. Jane.

Hal ini merupakan tantangan dalam eliminasi malaria, sehingga perlu dilakukan strategi percepatan eliminasi malaria melalui pengintensifan penyemprotan rumah secara selektif, meningkatkan perlindungan kelompok rentan malaria (ibu hamil dan balita) integrasi dengan program KIA, imunisasi dan MTBS, meningkatkan cakupan deteksi dini dan pengobatan yang tepat, serta meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan.

Selain itu, pemerintah mengupayakan pencegahan malaria melalui pekan kelambu massal dan pemantauan penggunaannya. Secara nasional, jumlah kelambu yang didistribusikan untuk seluruh Indonesia sejak tahun 2004 sampai 2017 sebanyak 27,6 juta kelambu.

Pada 2017 saja, sejumlah 3.984.224 kelambu telah disitribusikan dalam pekan kelambu massal di 166 kabupaten dan kota dan 20 provinsi di Indonesia.

Upaya lainnya berupa pelatihan tenaga malaria (dokter, perawat, analis, kader, petugas surveilans, etomolog, dan penyediaan obat anti malaria dihydroartemisinin.

“Secara umum upaya yang efektif adalah tidur menggunakan kelambu, penyemprotan dinding rumah dan menggunakan repellent. Sementara yang lain adalah dengan manajemen lingkungan, termasuk menebarkan ikan pemakan jentik, seperti ikan mujair dan cupang,” ucap dr. Jane. (*/Sir)

Previous Post

Pariwisata Bali Raih Tiga Penghargaan Bergengsi di Tiongkok

Next Post

Kredit Usaha Rakyat Perlu Ditingkatkan di Bali

Next Post
Kredit Usaha Rakyat Perlu Ditingkatkan di Bali

Kredit Usaha Rakyat Perlu Ditingkatkan di Bali

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru

Lomba Ogoh-Ogoh Kabupaten Badung 2025: “Bhandana Bhuhkala Festival” Resmi Berakhir

Lomba Ogoh-Ogoh Kabupaten Badung 2025: “Bhandana Bhuhkala Festival” Resmi Berakhir

7 bulan ago
ASDP Gilimanuk Siapkan 54 Kapal Penumpang Hadapi Arus Mudik Lebaran 

ASDP Gilimanuk Siapkan 54 Kapal Penumpang Hadapi Arus Mudik Lebaran 

7 bulan ago
Penyeludupan Enam Ekor Penyu Hijau Berhasil Digagalkan

Penyeludupan Enam Ekor Penyu Hijau Berhasil Digagalkan

7 bulan ago
IC Consultant Bali Gelar Edukasi Pajak untuk Pengusaha

IC Consultant Bali Gelar Edukasi Pajak untuk Pengusaha

7 bulan ago
Suara Bali

© 2023 PT Suara Bali Media - All Right Reserved

  • Redaksi
  • Ketentuan
  • Kode Etik

No Result
View All Result
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up

© 2023 PT Suara Bali Media - All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In