Sampang, suarabali.com – Rekaman video seorang bocah mengendarai motor mini yang dihentikan polisi viral di media sosial. Bocah tersebut menangis saat motornya hendak diangkut. Bagaimana cerita di balik kejadian lucu tersebut?
“Kejadiannya Rabu (4/4/2018) sekitar pukul 16.00 WIB di perempatan Jalan KH Hasyim Asy’ari Sampang,” ujar Kasat Lantas Polres Sampang AKP Musa Bachtiar, seperti dikutip dari detikcom, Kamis (5/4/2018).
Musa mengatakan setiap sore anggotanya selalu stand by dan melakukan pengaturan lalu lintas. Saat itu, salah seorang anggota yang berjaga di pos polisi monumen perempatan Jalan KH Hasyim Asy’ari melihat motor mini hendak berhenti di traffic light.
Motor kecil itu dinaiki dua bocah berboncengan. Satu bocah yang didepan menggunakan helm dan satu bocah lagi yang di belakang tidak. Anggota heran, kenapa motor mini dan dinaiki dua bocah ini bisa ada di jalan besar. Anggota kemudian meminggirkan dan membawa kedua bocah tersebut ke pos polisi.
“Lucunya, saat ditanya kenapa berani di jalan besar. Anak itu menjawab, karena sudah memakai helm,” kata Musa.
Kepada anggota, bocah yang diketahui bernama Restu Alfarizi itu mengaku hendak ke rumah sepupunya. Bocah 5 tahun yang masih bersekolah TK itu membonceng sepupunya, Arkan Dzikri Abror, yang juga berusia sama. Restu awalnya biasa saja saat ditanya anggota, termasuk di mana rumah dan ayahnya.
Namun, saat polisi mengatakan motor mininya hendak diangkut ke mobil patroli, anak pasangan M Fahrur Rozi dan Vita Trijayanti itu menangis. “Aku beli lagi nanti, gimana, aku nggak punya uang,” teriak Restu sambil menangis.
“Rupanya anak itu mengira motornya hendak diambil, karena itu dia menangis. Akhirnya anak tersebut kami izinkan pulang mengendarai motor mininya sambil kami kawal. Ada dua anggota yang mengawal hingga ke rumahnya,” lanjut Musa.
Setelah sampai di rumahnya, diketahui jika Restu tinggal bersama neneknya, Siti Nafiah. Sementara kedua orangtuanya bekerja dan tinggal di Surabaya. Sebenarnya, sore itu neneknya juga kebingungan mencari Restu. Rupanya Restu keluar ke jalan tanpa izin neneknya.
“Dari keluarganya kami mengetahui bahwa ayahnya merupakan seorang pembalap,” kata Musa.
Musa melihat bahwa Restu mempunyai kelebihan dibanding anak sebayanya. Meski masih kecil, Restu mempunyai ketenangan luar biasa saat berada di jalan maupun saat berhadapan dengan polisi. Musa menganggap Restu mempunyai potensi yang selain potensi balap, juga potensi yang mungkin saja bisa dimanfaatkan untuk menyosialisasikan tertib berlalu lintas.
“Kebetulan saya kenal dengan pengurus IMI Sampang. Dan, kami bersama menyambangi rumah Restu. Kami memberi bingkisan untuknya. Semoga ini menjadi pelajaran kepada para orangtua agar tak membiarkan anak di bawah umur mengendarai kendaraan bermotor,” tandas Musa. (Dtk/Sir)