Denpasar, suarabali.com – Ribuan warga dari Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBali) menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Bali, Renon, Denpasar, Sabtu (17/2/2018). Massa konvoi dari parkir timur Lapangan Renon, Denpasar, melewati depan Monumen Bajrasandi, lalu melewati sisi barat Lapangan Renon dan parkir di depan pintu gerbang Kantor Gubernur Bali.
Sesampainya di depan pintu gerbang Kantor Gubernur Bali, massa dari berbagai desa di Bali menggelar orasi. Mereka menuntut Gubernur Bali Made Mangku Pastika segera memproses kembali berbagai persyaratan untuk membatalkan reklamasi Teluk Benoa Bali.
Turut ambil bagian dalam aksi itu musis papan atas dari Bali, Navikula, yang tampil memukau dengan lagu-lagunya dalam menolak reklamasi Teluk Benoa.
Koordinaator ForBali, I Wayan Gendo Suardana, mengatakan perjuangan untuk menolak reklamasi Teluk Benoa kali ini merupakan gerakan kedua kalinya secara besar-besaran di tahun 2018. Gerakan dan perjuangan menolak reklamasi Teluk Benoa akan mencapai puncaknya pada 25 Agustus 2018.
“Perjuangan kita sudah dilakukan selama 5 tahun. Tahun ini adalah puncak dari seluruh perjuangan menolak reklamasi Teluk Benoa selama 5 tahun,” ujarnya.
Menurut Gendo, waktu berjuang selama 5 tahun bukanlah hal yang gampang. Butuh mental penjuang secara konsisten menolak reklamasi Teluk Benoa. ForBali sudah menunjukan hal itu, karena berjuang bersama-sama. Makanya, Gendo mengajak seluruh relawan ForBali agar tidak mundur. Jangan sampai menjadi pecundang karena saatnya puncak perjuangan menolak reklamasi.
“Kalau hanya bermental pecundang, maka kita sama dengan Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang hanya berlindung di balik alasan-alasan yang tidak masuk akal. Ketika mencapai titik puncak, maka kita tidak boleh hanya diam. Hanya orang yang konsisten yang memiliki martabat, karena bukan sebagai pembohong,” ujarnya.
“Jangan meletakan perjuangan ini kepada Made Mangku Pastika. Karma seorang Pastika yang menjadi biangkerok reklamasi akan terjadi. Dia tidak boleh tenang, sekalipun dia sudah turun dari jabatan Gubernur Bali. Itulah sebabnya, kita datang demo di hari libur, supaya jangan sampai dia tenang. Mangku Pastika konsisten mendukung Reklamasi Teluk Benoa dan yakinlah karma akan mengena di Mangku Pastika,” tambahnya.
Menurut Gendo, tahun 2018 menjadi puncak perjuangan ForBali menolak reklamasi Teluk Benoa, karena tahun ini merupakan tahun terakhir dimana izin lokasi diperpanjang.
“Seharusnya perpanjangan izin lokasi bila tidak diperpanjang tahun 2016, maka perjuangan kita sudah selesai. Izin amdal sudah diperpanjang tahun 2016. Menurut aturan, hanya boleh diperpanjang satu kali. Makanya, pada 25 Agustus ini merupakan puncak perjuangan menolak reklamasi Teluk Benoa,” paparnya.
Menurut dia, Teluk Benoa itu kecil, kakinya Bali, hanya dilingkari 13 desa adat yang berdampak langsung. Kenapa Teluk Benoa menjadi besar, yang hanya 1400 hektare, luasnya hanya ada di Kabupaten Badung.
“Menjadi besar, karena berdampak bagi Bali. Reklamasi akan menghajar seluruh pantai di Bali. Reklamasi di Teluk Benoa akan menabrak kawasan suci yang harus dihormati. Teluk Benoa mencerminkan upaya para investor untuk menghancurkan Bali. Untuk kepentingan investor, aturan hukum diubah. Dia menjadi represesntasi kewenangan kekuasaan yang untuk mengubah aturan yang ada demi kepentingan pemilik modal,” ujarnya. (Ade/Sir)