Badung, suarabali.com – Visi-misi membangun Bali dengan konsep Nangun Sat Kerthi Loka Bali membuat masyarakat Bali ‘jatuh cinta’ kepada pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali nomor urut 1, Wayan Koster-Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Koster-Ace). Tanpa ragu mereka menjatuhkan pilihannya kepada pasangan calon yang mengusung tagline kampanye ‘Satu Jalur’ pada Pilgub Bali, 27 Juni mendatang.
Seperti halnya masyarakat Desa Getasan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Di sela-sela perayaan HUT ke-34 Sekaa Teruna Ratna Wangsa Banjar Tengah, Desa Getasan, Minggu (25/2/2018), mereka secara spontan menyatakan dukungannya kepada Koster-Ace.
Selain Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa, acara yang berlangsung meriah itu juga dihadiri seribuan warga. Di antaranya, Perbekel Desa Getasan, Kelian Desa Adat Getasan, Kelian Dinas dan Kelian Banjar se-Desa Adat Getasan, Ketua BPD dan LPM Desa Getasan, dan tokoh masyarakat lainnya. Tampak hadir tokoh pemuda, I Bagus Alit Sucipta alias Gus Bota, yang juga Wakil Ketua DPC PDIP Kabupaten Badung.
Ketua Sekaa Reruna I Gusti Ngurah Dhita Putra mengatakan, pihaknya mendukung Koster-Ace karena visi dan misinya membangun Bali dengan konsep Nangun Sat Kerthi Loka Bali sesuai dengan karakter dan jatidiri budaya Bali.
“Kami memilih calon yang memiliki konsep mambangun Bali dengan karakter dan jatidiri budaya Bali. Dan, itu hanya ada pada pasangan nomor urut 1 Koster-Ace dengan konsep Sat Kerti Lokha Bali, yang sesuai dengan roh Bali sebagai wilayah dan komunitas masyarakat yang sejati-jatinya,” ujar Putra.
Hal senada diungkapkan Kelian Banjar Tengah Getasan. Menurut dia, warga banjar-nya sudah mencermati visi-misi dan rekam jejak para calon yang bertarung pada Pilgub Bali tahun ini. Hanya Koster-Ace yang dinilai memiliki konsep dan komitmen kuat membangun Bali ke arah yang lebih maju dengan tetap memberdayakan nilai-nilai hakiki warga Bali.
Dia menegaskan, warga Banjar Tengah Getasan sudah membulatkan tekad untuk memenangkan Koster-Ace dengan target kemenangan minimal 90 persen.
Untuk diketahui, visi-misi dengan konsep Nangun Sat Kerthi Loka Bali akan dijalankan Koster-Ace melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana. Nangun Sat Kerthi Loka Bali, itu mengandung makna: menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya.
Untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan bahagia, sakala-niskala menuju kehidupan krama dan gumi Bali sesuai sengan prinsip trisakti Bung Karno: berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan melalui pembangunan secara terpola, menyeluruh, terencana, terarah, dan terintegrasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ada sejumlah program unggulan yang disiapkan Koster-Ace, di antaranya, pemenuhan kebutuhan pendidikan menengah dan menyelenggarakan Program Wajib Belajar 12 Tahun secara gratis (sinergi antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota), mengembangkan program pelayanan kesehatan gratis dengan format Krama Bali Sehat (KBS) yang dikembangkan/disempurnakan (cakupan layanan dan tata laksana) dari program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM), fasilitasi dan pemberian bantuan (subsidi) untuk pelaksanaan upacara Pitra Yadnya: Ngaben Gotong Royong dan Metatah Gotong Royong.
Program lainnya, memperhatikan kesejahteraan dan fasilitas kehidupan sulinggih, pemangku, prajuru, dan pecalang. Pemberian bantuan/penyediaan rumah layak huni untuk masyarakat miskin atau bedah rumah dengan anggaran Rp 50 juta per unit. Bantuan keuangan Rp 30 juta kepada masyarakat Bali yang akan magang di luar negeri.
Selain itu, mengangkat guru kontrak untuk memenuhi pendidikan agama Hindu yang ditugaskan di PAUD, TK, SD, SMP, dan SMA/SMK yang ada di desa pakraman/desa adat. Mengangkat guru kontrak yang bertugas untuk mengajar seni, sastra dan budaya serta agama Hindu di PAUD, TK, SD, SMP, dan SMA/SMK serta membina sanggar-sanggar dan lembaga lain yang ada di Desa pakraman/desa adat.
Membangun Pusat Kebudayaan Bali dalam satu kawasan yang meliputi panggung terbuka berkapasitas besar, gedung kesenian/panggung tertutup, museum tematik, dan Bali Convention Center.
Adapula program untuk memperkuat dan memberdayakan kedudukan serta kewenangan desa pakraman/desa adat sebagai lembaga untuk menyelenggarakan fungsi: parahyangan, pawongan, dan palemahan, serta awig-awig dan pararem, pelestarian dan pembinaan seni, budaya, dan kearifan lokal bagi krama Bali, termasuk sekeha teruna-teruni (generasi muda).
Juga memperkuat jatidiri dan integritas moral krama Bali sesuai dengan nilai-nilai adat-istiadat, agama, tradisi, seni dan budaya, serta kearifan lokal. Mengembangkan perekonomian rakyat (pasar adat, LPD, BUM Desa Adat, toko moderen), dan sejumlah program unggulan lainnya. (*)