Denpasar, suarabali.com- Ribuan Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) dan Pasubayan, kembali menggelar aksi tolak reklamasi Teluk Benoa Bali, Sabtu (13/1/2018).
Seperti biasa, para masa aksi melakukan longmarch memenuhi jalan mengelilingi Lapangan Niti Mandala Renon. Lalu berkumpul di depan Kantor Gubernur Bali di Jalan Basuki Rakhmat, Denpasar.
Dalam aksi ini, Koordinator ForBALI) I Wayan ‘Gendo’ Suardana, mengungkapkan dengan jelas bahwa, di tahun 2018 adalah tahun penentuan perjuangan rakyat Bali. Apakah, reklamasi Teluk Benoa Bali akan berlanjut atau tidak. Karena menurutnya pada tanggal 25 Agustus tahun 2018 nanti, adalah batas akhir izin lokasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan RI pada PT TWBI terkait reklamasi Teluk Benoa Bali.
“Kalau sampai 25 Agustus 2018, Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) yang saat ini, diproses oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kalau izinya belum keluar, maka investor tidak akan bisa mengeruk Teluk Benoa,” ungkapnya.
Menurut Gendo, dalam barisan gerakan tolak reklamasi tidak ada kata menyerah dan tidak ada kamus kalah. Karena sepanjang lima tahun perjuangan rakyat Bali yang menolak reklamasi Teluk Benoa sudah membutikannya.
“Hari ini dan tahun ini, Bali harus mencatat sejarah bahwa ada investor yang biasa dikalahkan oleh perlawanan rakyat Bali. Walaupun tanpa dukungan dari dari legislatif kita,” ungkapnya.
Selain itu Gendo juga mengungkapkan, kepada ribuan ForBali dan Pasubayan, agar barisan tolak reklamasi Teluk Benoa jangan perna digadaikan dengam perhelatan Pilkada dan Pilgub.
“Gerakan ini mengalami berbagi hambatan, sudah terlalu banyak pengorbanan kita, keringat, air mata, intimidasi dan kriminalisasi dan tekanan yang kita hadapi. Jangan kemudian kita korbankan gerakan ini karena urusan hajatan Pilgub dan Pilkada,” tegasnya.
Gendo juga mengatakan dengan lantang dan tegas, bahwa ForBali sampai detik ini, tetap menjadi gerakan yang independen dan mandiri.
“ForBali sampai detik ini belum bersikap terhadap Pilgub. Karena selama lima tahun kita menjadi orang-orang yang tidak penting dihadapan kekuasaan. Selama lima tahun, kita menjadi orang-orang yang di marjinalkan dan hari ini dengan keniscayaaan politik. Kita menjadi barisan gerakan, yang penting dihadapan Pilgub dan Pilkada,” ujarnya.
Maka Gendo juga menghimbau, agar tetap menjaga gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa. Karena selama lima tahun gerakan tolak reklamasi seperti anak yatim piatu yang tak punya ayah dan ibu.
“Kalau barisan ini digadaikan hanya urusan politik. Saya tidak rela. Tetapi undangan ini terbuka bagi siapa saja boleh ikut, mau calon Gubernur ikut barisan tolak reklamasi kami mempersilakan. Asal tidak memakai antribut partai politik dan mengikuti aturan ForBali,” pungkasnya. (Mkf)