• Home
  • Indeks Berita
  • Ketentuan
  • Ketua PWI Pusat Ingatkan Media Massa Pentingnya Jaga Kebhinekaan   Jelang Pilkada 2024
  • Kode Etik
  • Redaksi
  • Terms of Service
Senin, 16 Juni 2025
  • Login
Suara Bali
Advertisement
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up
No Result
View All Result
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up
No Result
View All Result
Suara Bali
No Result
View All Result
Home Ekonomi

Presiden Jokowi Ingin Petani Jual Hasil Panen dalam Bentuk Beras

by
Januari 22, 2018
in Ekonomi, Nasional
0
Presiden Jokowi Ingin Petani Jual Hasil Panen dalam Bentuk Beras

Presiden Joko Widodo meninjau beras hasil panen petani di Kabupaten Mesuji, Lampung, Minggu (21/1/2018). (Ist)

0
SHARES
Bagi ke FacebookBagi ke TwitterBagi ke WhatsApp

Mesuji, suarabali.com – Presiden Joko Widodo mengatakan keuntungan terbesar dari menanam padi sawah terjadi saat pasca panen, bukan pada saat panen. Presiden menyampaikan hal itu ketika berbicara pada Pengembangan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) Terintegrasi di Kawasan Transmigrasi, KTM,  Kabupaten Mesuji, Lampung, Minggu (21/1/2018).

Selama ini, kata Presiden, petani mengurus sawah dengan mengairi, memupuk, dan panen. Setelah itu, menjualnya dalam bentuk gabah.

Related posts

Presiden Prabowo Instruksikan Menteri Terkait Jaga Stabilitas Harga Bahan Pangan Jelang Ramadhan

Presiden Prabowo Instruksikan Menteri Terkait Jaga Stabilitas Harga Bahan Pangan Jelang Ramadhan

Februari 28, 2025
Hukuman Mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Diperberat Jadi 13 Tahun dalam Kasus Korupsi Gas LPG

Hukuman Mantan Dirut Pertamina Karen Agustiawan Diperberat Jadi 13 Tahun dalam Kasus Korupsi Gas LPG

Februari 28, 2025

“Padahal keuntungan besar itu pada saat jadi beras. Jadi, saya sampaikan agar jualnya dalam bentuk beras. Syukur sudah dikemas. Ini di penggilingan padi modern bisa dilakukan,” ucap Presiden dalam rilis Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden.

Di lokasi tersebut terdapat pabrik penggilingan padi. Presiden ingin melihat produktivitas dari penggilingan padi tersebut.

“Saya mau lihat dulu apa kapasitas di sini cukup atau enggak. Kalau enggak, bisa ditambah. Bermanfaat atau tidak bermanfaat. Kalau tidak, sudah tinggalkan. Kalau bermanfaat akan dibesarkan lagi, sehingga kapasitasnya memenuhi yang ada di masyarakat,” ucap Presiden.

Presiden kemudian memanggil seorang petani, Jumadi, untuk mengecek langsung harga gabah dan beras.

Jumadi yang juga menjadi Pengurus Tani Srimukti Desa Wonosari, Mesuji, mengelola sawah seluas dua hektare dan setiap hektarenya bisa menghasilkan 7 ton gabah. “Setelah panen 14 ton diapain?” tanya Presiden.

Jumadi menjelaskan dirinya menyimpan sebanyak 1 ton gabah dan sisanya sebanyak 13 ton gabah dijual. “13 ton dijual pas panen atau sudah jadi beras?” tanya Presiden. “Saat panen,” jawab Jumadi.

Harga gabah Rp 3.500 setiap kilogram, sedangkan beras berada di kisaran Rp10 ribu sampai Rp11 ribu setiap kilogram.

“Ini yang perlu kita lakukan bersama-sama, sehingga sekali lagi produk pertanian kita tidak ketinggalan zaman. Ada pengerjaan setelah panen, pengeringan, digilang, dikemas baik, apalagi diberi nama juga dikemas dalam kelompok besar petani, diberi merek. Itu akan memberi nilai tambah dengan menaikkan harga,” kata Presiden.

Selain itu, para petani harus mulai memikirkan untuk menjual hasil sawahnya tidak hanya di sekitar Mesuji. “Kalau dikemas yang baik, orientasinya bisa dijual ke provinsi lain, bisa ke Lampung, bisa ke luar pulau atau kalau berasnya organik sekarang ini permintaan ekspor juga banyak sekali,” ujar Presiden.

Penjualan dapat dilakukan secara online melalui e-commerce dan media sosial. “Mulai harus seperti itu. Jadi, pembelinya tidak sekitar itu. Kalau mulai online semua orang seluruh Indonesia, dunia, bisa membeli,” kata Presiden.

Presiden juga mengingatkan pentingnya petani melakukan konsolidasi dalam kelompok besar, sehingga memiliki skala produksi yang besar. “Jangan bergerak sendiri akan sulit. Kalau bisa berproduksi dalam skala besar nanti petani bisa bersaing,” ujarnya. (Sir)

Previous Post

Tim Sabata Polda Bali Bubarkan Remaja yang Pesta Miras di Jalan Pulau Serangan

Next Post

Gubernur Pastika Apresiasi Komunitas Jurnalis Asal NTT di Bali

Next Post
Gubernur Pastika Apresiasi Komunitas Jurnalis Asal NTT di Bali

Gubernur Pastika Apresiasi Komunitas Jurnalis Asal NTT di Bali

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru

Lomba Ogoh-Ogoh Kabupaten Badung 2025: “Bhandana Bhuhkala Festival” Resmi Berakhir

Lomba Ogoh-Ogoh Kabupaten Badung 2025: “Bhandana Bhuhkala Festival” Resmi Berakhir

3 bulan ago
ASDP Gilimanuk Siapkan 54 Kapal Penumpang Hadapi Arus Mudik Lebaran 

ASDP Gilimanuk Siapkan 54 Kapal Penumpang Hadapi Arus Mudik Lebaran 

3 bulan ago
Penyeludupan Enam Ekor Penyu Hijau Berhasil Digagalkan

Penyeludupan Enam Ekor Penyu Hijau Berhasil Digagalkan

3 bulan ago
IC Consultant Bali Gelar Edukasi Pajak untuk Pengusaha

IC Consultant Bali Gelar Edukasi Pajak untuk Pengusaha

3 bulan ago
Suara Bali

© 2023 PT Suara Bali Media - All Right Reserved

  • Redaksi
  • Ketentuan
  • Kode Etik

No Result
View All Result
  • Home
  • Bali
  • Nasional
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Suara Bali TV
  • Tokoh
  • Komunitas
  • Wake Up

© 2023 PT Suara Bali Media - All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In